9.3 C
New York
Sunday, May 12, 2024

Studi: Kadar Arsenik Dalam Beras Ekspor AS ke Haiti Sudah Tidak Sehat

Port Au Prince, MISTAR.ID

Ekspor beras Amerika Serikat ke Haiti, yang menyumbang sebagian besar pasokan bahan makanan pokok utama negara itu, dilaporkan mengandung kadar arsenik dan kadmium, dalam tingkat yang membahayakan, menurut hasil studi terbaru oleh Universitas Michigan.

Arsenik dan Kadmium merupakan logam berat yang dapat meningkatkan risiko kanker dan penyakit jantung.

Haiti termasuk salah satu pengimpor beras Amerika Serikat tertinggi bersama dengan Meksiko dan Jepang. Harga impor lebih murah menjadi pilihan lokal di negara Karibia yang merupakan negara termiskin di Belahan Bumi Barat.

Menurut studi tersebut, rata-rata konsentrasi arsenik dan kadmium hampir dua kali lebih tinggi dalam beras impor dibandingkan dengan produk beras Haiti, dengan beberapa sampel impor melebihi batas internasional.

Baca juga: Anak di Bawah 16 Tahun Tak Boleh Gunakan Medsos

Hampir semua sampel beras impor melebihi rekomendasi konsumsi untuk anak-anak dari Administrasi Makanan dan Obat AS. Studi tersebut tidak mengevaluasi tingkat toksin di negara-negara pengimpor lainnya.

Namun, hingga saat ini FDA dan Departemen Luar Negeri AS belum bersedia menanggapi studi tersebut.

Studi yang mengaitkan dominasi beras impor dengan tarif impor lebih rendah dan kontrak jangka panjang yang ditandatangani saat terjadi kerusuhan politik pada akhir 1980-an dan 1990-an mengatakan, bahwa Haiti mengimpor hampir 90% berasnya, hampir secara eksklusif dari AS.

Mantan Presiden AS Bill Clinton, yang membantu mendorong subsidi beras AS ke Haiti, kemudian menyebut langkah tersebut sebagai ‘kesalahan’ karena telah merusak kapasitas produksi lokal.

Studi tersebut juga menyoroti batasan yang relatif longgar dari AS terhadap konsentrasi arsenik dan kadmium, yang dapat merembes dari sumber manusia maupun alami untuk mencemari makanan dan air. Beras sangat rentan untuk menyerap logam-logam ini.

Laporan itu menyebut Louisiana, Texas, dan Arkansas sebagai negara bagian eksportir teratas.

Ketika para peneliti menjalankan studi tersebut pada tahun 2020, mereka menemukan bahwa rata-rata orang Haiti mengonsumsi 85 kg (187 pon) beras per tahun, dibandingkan dengan 12 kg di AS, yang menempatkan orang Haiti, terutama yang muda, pada risiko lebih besar mengalami komplikasi kesehatan.

Baca juga: Korban Tewas Nyaris 30 Ribu Orang, Israel Tetap Lanjutkan Serangan di Gaza

“Banjirnya beras AS ke Haiti tidak hanya kekerasan secara ekonomi bagi peyizan Haiti yang berjuang menjual produk lokal mereka, tetapi juga kekerasan terhadap kesehatan jangka panjang konsumen Haiti,” kata laporan tersebut.

“Dengan menjaga sistem yang bergantung hampir secara eksklusif pada beras AS, Haiti mengimpor sejumlah risiko yang substansial,” lanjut pernyataan itu.

Laporan tersebut mendesak untuk melakukan penyelidikan etis terhadap eksportir beras AS, langkah-langkah untuk memperkuat sektor pertanian Haiti, dan menyoroti kebutuhan mendesak untuk meningkatkan regulasi keamanan pangan negara itu.

Konflik antara geng bersenjata berat telah menyebar ke lahan pertanian Haiti, membuat kondisi harga makanan semakin parah. PBB memperkirakan lebih dari 300.000 orang telah melarikan diri dari rumah mereka dan bahwa sekitar 40% dari penduduk mengalami kelaparan. (Mtr/hm22)

Related Articles

Latest Articles