Ratcliffe, Direktur CIA Pilihan Trump Hadapi Pertanyaan Soal Intelijen yang Dipolitisasi
John Ratcliffe (tengah), calon Direktur Central Intelligence Agency (CIA) pilihan Donald Trump, menghadapi pertanyaan soal intelijen yang dipolitisasi dalam sidang komite intelijen senat yang dibuka, pada Rabu (15/1/25). (f:reuters/mistar)
Washington, MISTAR.ID
John Ratcliffe, calon Direktur Central Intelligence Agency (CIA) pilihan Donald Trump, menghadapi pertanyaan soal intelijen yang dipolitisasi dalam sidang komite intelijen senat yang dibuka, pada Rabu (15/1/25).
Ratcliffe yang merupakan mantan anggota parlemen dari Partai Republik dituduh menggunakan intelijen untuk tujuan politik sebagai mata-mata top bangsa selama masa jabatan pertama pemimpin Amerika Serikat (AS) yang akan datang.
Dimana Ratcliffe yakin akan memenangkan persetujuan Senat yang dikelola Partai Republik untuk memimpin badan intelijen utama AS, ketika negaranya bergulat dengan China, perang Rusia di Ukraina dan meningkatnya hubungan antara dua kekuatan nuklir yakni Iran dan Korea Utara.
Hanya saja, sidang komite intelijen itu juga akan mengulangi tuduhan bahwa Ratcliffe mengizinkan politik untuk mengganggu pekerjaannya sebagai direktur intelijen nasional Trump dari tahun 2020 hingga 2021. Seperti disampaikan seorang asisten Senat tanpa menyebutkan namanya.
Baca Juga: Mengapa Trump Ingin Kuasai Greenland?
Pernyataan pembuka dari anggota panelis Partai Demokrat, Mark Warner, tampaknya mencerminkan kekhawatiran tersebut, dimana anggota parlemen tersebut meminta Ratcliffe berjanji untuk selalu berusaha memberikan penilaian intelijen yang tidak memihak, tidak ternoda, dan tepat waktu.
“Saya membutuhkan jaminan anda, bahwa intelijen ini akan mewakili penilaian terbaik CIA, terlepas dari implikasi atau pandangan politiknya,” kata Warner kepada Ratcliffe berdasarkan kutipan awal yang dilansir media reuters.
Ia juga akan meminta Ratcliffe berjanji untuk tidak memecat atau memaksa keluar pegawai CIA karena pandangan politik mereka rasakan, atau untuk menempatkan kesetiaan kepada tokoh politik di atas kesetiaan kepada negara.
Dalam kutipan lanjutan dari pernyataan pembukanya, ketua komite Partai Republik, Senator Tom Cotton, mengkritik komunitas intelijen AS atas apa yang ia katakan sebagai kegagalan dalam memperingatkan peristiwa besar yang diantisipasi atau mendeteksi serangan yang akan datang.
Peristiwa itu termasuk serangan menabrak truk pada Tahun Baru di New Orleans oleh seorang diduga pengikut ISIS yang menewaskan 14 orang, jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad secara tiba-tiba pada bulan Desember ke tangan pasukan pemberontak, dan serangan Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.
“Meskipun hal ini berlaku untuk seluruh komunitas intelijen, masalah ini sangat akut di CIA, yang bagaimanapun juga masih merupakan Badan Intelijen Pusat. CIA perlu kembali ke akarnya, namun harus mengatasi beberapa tantangan untuk melakukannya,” kata Cotton.
Membidik CIA, Cotton menuduh badan tersebut telah mengabaikan misi intinya yaitu mencuri rahasia, membangun terlalu banyak birokrasi, “mempolitisasi” intelijen agar sesuai dengan preferensi kebijakan Presiden Joe Biden, dan perlu menjadi lebih berani dan inovatif dalam tindakan rahasia.
Sayangnya, tim transisi Trump tidak menanggapi permintaan komentar mengenai sidang komite intelijen senat tersebut.
Ratcliffe akan menjadi pejuang yang tak kenal takut demi Hak Konstitusional seluruh warga Amerika, sambil menjamin Tingkat Tertinggi Keamanan Nasional dan PERDAMAIAN MELALUI KEKUATAN. Hal ini dikatakan Trump dalam pernyataan pada 12 November, saat mengumumkan calonnya untuk direktur CIA.
Kekhawatiran terhadap Ratcliffe berpusat pada tuduhan mantan pejabat intelijen AS dan anggota Partai Demokrat bahwa ia mempublikasikan intelijen Rusia yang belum terverifikasi pada bulan September 2020 untuk membantu Trump, yang sedang dalam pertarungan pemilihan kembali, namun kalah dari Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat, Biden. Kantor Ratcliffe membantah tuduhan ini.
Dalam suratnya kepada seorang senator, Ratcliffe mengatakan analisis intelijen Rusia menuduh mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang kalah dalam pemilu tahun 2016 dari Trump, telah menyetujui rencana untuk menciptakan skandal dengan mengaitkan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan operasi peretasan Rusia dari Komite Nasional Demokrat.
Pimpinan CIA dan Badan Keamanan Nasional saat itu menentang pelepasan materi yang menurut Ratcliffe sendiri tidak diverifikasi dan mungkin mencerminkan hal yang berlebihan atau dibuat-buat.
Materi tersebut bertentangan dengan penilaian intelijen AS pada tahun 2017, temuan jaksa khusus, dan laporan komite intelijen Senat bipartisan bahwa Rusia menggunakan peretasan dan cara lain untuk mencoba mempengaruhi perolehan suara Trump pada tahun 2016. (*/hm27)