17.6 C
New York
Friday, May 17, 2024

Kisah Bocah Gaza ‘Terkurung’ di Tepi Barat, Tak Berpikir Bisa Sampai Dewasa

Nablus, MISTAR.ID

Mohammed Abu Seef (11) telah menghabiskan seluruh hidupnya di Jalur Gaza, kecuali perjalanan ke kota Herzliya, Israel. Dia ke sana untuk mendapatkan perawatan medis yang kemudian berubah menjadi mimpi buruk.

“Saya ingin perang berakhir dan kembali ke Gaza,” kata Mohammed yang bermata lebar, sambil menahan air matanya.

“Tolong hentikan ini. Kami kehilangan orang-orang yang kami cintai,” katanya, seperti dilansir Aljazeera.

Pada 7 Oktober, satu serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dilancarkan Hamas ke pos-pos militer Israel dan desa-desa di sekitarnya di Israel selatan mengakibatkan kematian lebih dari 1.400 orang.

Baca Juga: Didesak Mundur, Ratusan Warga Israel Kepung Kediaman Netanyahu

Lebih dari 200 warga Israel – termasuk warga negara ganda – ditawan dan dibawa ke Gaza. Hamas mengatakan bahwa tindakannya merupakan balasan atas apa yang mereka gambarkan sebagai kekejaman Israel selama puluhan tahun yang dilakukan terhadap warga Palestina dan tempat-tempat suci mereka.

Sejak saat itu, lebih dari 9.200 orang di Gaza, termasuk sedikitnya 3.800 anak-anak, telah terbunuh oleh serangan udara Israel, dan sekarang disusul invasi darat.

Namun, perang juga telah memisahkan ribuan keluarga Palestina, termasuk anak-anak seperti Mohammed, yang dipaksa tentara Israel untuk menyeberang ke Tepi Barat yang diduduki Israel, sementara keluarganya berada di Gaza.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa lebih dari 45 persen rumah dan sebagian besar infrastruktur sipil di Gaza telah diratakan oleh pengeboman membabibuta oleh Israel.

Dua jam setelah wawancara dengan Al Jazeera, di sebuah kamp sementara di kota Nablus, Tepi Barat bagian utara, sampai kabar bahwa adik laki-laki dan perempuan Mohammed telah tewas dalam serangan udara Israel di rumahnya di kamp pengungsian Jabalia, Gaza bagian utara.

Related Articles

Latest Articles