Bern, MISTAR.ID
Kapel St Peter, gereja tertua di kota Lucerne, Swiss, kini menjadi pusat perhatian dunia setelah memasang avatar Yesus berbasis kecerdasan buatan (AI). Avatar ini mampu berbicara dalam 100 bahasa dan merespons pertanyaan pengunjung, menciptakan pengalaman spiritual yang unik.
“Tujuan kami adalah untuk melihat bagaimana orang bereaksi terhadap Yesus AI ini. Apa yang akan mereka bicarakan? Apakah mereka akan merasa terdorong untuk berbicara dengannya?” ujar Marco Schmid, seorang teolog yang memimpin proyek ini.
Dilansir dari Guardian, Sabtu (23/11/24), proyek yang diberi nama Deus in Machina ini diluncurkan pada Agustus 2024, bekerja sama dengan laboratorium penelitian universitas setempat.
Avatar Yesus ditempatkan di bilik pengakuan dosa, menggantikan pendeta tradisional. Menggunakan teks-teks teologis sebagai dasar pelatihan, Yesus AI menjawab pertanyaan pengunjung secara langsung melalui layar interaktif. Meskipun demikian, gereja menegaskan bahwa ini bukanlah pengakuan dosa.
Baca Juga :Â Gereja Pentakosta Lau Mil Tigalingga Terbakar saat Jemaat Beribadah
Pengunjung diminta untuk tidak memberikan informasi pribadi dan menyadari bahwa mereka sedang berbicara dengan program komputer. “Tujuan kami bukan untuk meniru pengakuan dosa, melainkan untuk menciptakan ruang dialog spiritual yang berbeda,” kata Schmid.
Selama masa uji coba dua bulan, lebih dari 1.000 orang, termasuk wisatawan Muslim dan non-Kristen, berinteraksi dengan avatar tersebut. Umpan balik awal menunjukkan bahwa dua pertiga pengunjung merasa mengalami ‘pengalaman spiritual’ dengan Yesus AI. “Saya terkejut melihat betapa banyak orang yang merasa terinspirasi oleh jawaban Yesus AI ini,” ungkap Schmid.
Namun, tanggapan terhadap proyek ini tidak sepenuhnya positif. Beberapa pengunjung menganggap dialognya terlalu dangkal atau klise. “Terkadang dia sangat baik, tetapi di momen lain jawabannya terasa terlalu sederhana,” kata salah satu pengunjung.
Drikitik
Inisiatif ini juga mendapat kritik dari kalangan gereja. Beberapa pihak Katolik merasa penggantian bilik pengakuan dosa dengan avatar AI tidak pantas, sementara beberapa kalangan Protestan keberatan dengan penggunaan citra Yesus dalam bentuk teknologi. Ada juga kekhawatiran terkait risiko AI memberikan nasihat yang bertentangan dengan ajaran gereja.