19 C
New York
Thursday, November 7, 2024

China Ucapkan Selamat kepada Donald Trump, Begini Desakan Xi Jinping

Beijing, MISTAR.ID

Presiden China Xi Jinping mengucapkan selamat kepada Donald Trump yang terpilih menjadi Presdien Amerika Serikat (AS).

Atas kemenangan itu, Xi mendesak Donald Trump menemukan cara yang tepat untuk rukun dengan China karena ancaman tarif AS akan membuat mereka kembali seperti semula, yakni perang dagang bertahun-tahun lalu.

“Hubungan China-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan hubungan baik demi kepentingan kedua negara,” kata Xi Jinping, pada hari Kamis (7/11/24), sebagaimana dilansir media reuters.

Xi menambahkan bahwa komunitas internasional mengharapkan kedua kekuatan tersebut untuk “saling menghormati (dan) hidup berdampingan secara damai”. Xi juga menyerukan penguatan dialog untuk mengelola perbedaan dengan baik.

Baca juga: Ucapkan Selamat kepada Donald Trump, Jokowi Harapkan Perdamaian Dunia

Hubungan kedua negara mencapai titik terendah baru setelah perselisihan mengenai berbagai masalah mulai dari perdagangan dan keamanan hingga masa depan Taiwan dan Laut Cina Selatan.

Hubungan ini baru mulai membaik pada bulan November 2023 setelah Xi dan Presiden Joe Biden bertemu selama empat jam di California.

Kemenangan Trump dapat menghidupkan kembali isu-isu dari masa kepresidenannya yang pertama, ketika ia memulai perang dagang dengan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia pada tahun 2018, meskipun ia melakukan gencatan senjata tepat sebelum pandemi COVID-19 melanda pada bulan Januari 2020.

Partai Republik, yang telah berjanji untuk menerapkan tarif yang ketat, merebut kembali Gedung Putih dengan kemenangan besar atas Kamala Harris dari Partai Demokrat dalam pemilu Selasa (5/11/24), dan akan mulai menjabat pada bulan Januari.

Baca juga: Kalah dari Donald Trump, Kamala Harris: Serukan Harapan dan Semangat Perjuangan

Menggaungkan seruan Presdien Xi untuk stabilitas, Kementerian Perdagangan mengatakan China bersedia bersama-sama mengembangkan hubungan ekonomi dan perdagangan yang sehat dengan Amerika Serikat.

“China bersedia memperluas kerja sama untuk menguntungkan kedua negara,” kata juru bicara kementerian, ketika ditanya pada konferensi pers rutin tentang prospek tarif AS yang lebih besar, dan untuk saat ini mengesampingkan segala kemungkinan kemungkinan pembalasan.

Pesan ucapan selamat Xi kepada Trump lebih pelan dibandingkan ketika Trump pertama kali memenangkan pemilu pada November 2016 lalu.

Saat itu, Xi menyerukan “kemajuan yang lebih besar dalam hubungan China-AS dari titik awal yang baru”, dengan mengatakan kedua negara harus memikul tanggung jawab di berbagai bidang seperti perdamaian dan stabilitas dunia, pembangunan dan kemakmuran global.

Baca juga: Donald Trump Menangkan Pilpres AS 2024

Namun, dalam editorialnya pada hari Rabu (6/11/24), China Daily yang dikelola pemerintah menggambarkan kepemimpinan Trump yang kedua sebagai sebuah potensi “awal baru dalam hubungan China-AS, jika peluang yang telah diberikan tidak disia-siakan”.

“Kebijakan AS dan kesalahpahaman terhadap China telah menimbulkan tantangan bagi hubungan kedua negara,” katanya.

“Pendekatan pragmatis terhadap hubungan bilateral sangat penting dalam menghadapi kompleksitas tantangan global,” tambahnya.

Pemerintahan Biden tidak mengabaikan kebijakan perdagangan Trump dan terus menargetkan praktik industri yang digerakkan oleh negara China.

Baca juga: Itung-itungan Dampak Kemenangan Donald Trump Terhadap IHSG Hingga Rupiah

Pada bulan September, AS memberlakukan kenaikan tarif yang besar terhadap impor Tiongkok, seperti bea masuk sebesar 100 persen pada kendaraan listrik, 50 persen pada sel surya, dan 25 persen pada baja, aluminium, baterai kendaraan listrik, dan mineral utama, dalam upaya untuk melindungi industri strategis Amerika.

Namun ancaman Trump yang mengenakan tarif sebesar 60 persen terhadap impor barang-barang China dari AS menimbulkan risiko pertumbuhan yang besar bagi China.

Jumlah tersebut akan jauh lebih tinggi dibandingkan tarif 7,5 persen hingga 25 persen pada masa jabatan pertamanya, dan terjadi pada saat yang lebih rentan bagi perekonomian China, karena negara tersebut sedang berjuang melawan kemerosotan properti yang tajam, beban utang pemerintah daerah, dan lemahnya permintaan dalam negeri. (rtc/hm27)

Previous article

Related Articles

Latest Articles