9.9 C
New York
Sunday, April 28, 2024

2 Juta Penduduk India Dan Bangladesh Mengungsi Akibat Topan Dahsyat

New Delhi, MISTAR.ID
Lebih dari dua juta warga dari sejumlah negara bagian di India, Rabu (20/5/20), meninggalkan rumah untuk mengungsi ke pusat pengungsian. Hal ini diakibatkan topan paling ganas abad ini diperkirakan akan menerjang daratan Kota Khulan, Bangladesh dan sejumlah negara bagian di India.

Topan Amphan terbentuk di Teluk Benggala dengan kecepatan angin diperkirakan berkisar antara 160 hingga 170 kilometer per jam. Gelombang badai berpotensi memicu kerusakan besar disertai angin dan hujan deras.

Gelombang badai diperkirakan akan mendorong air laut hingga sejauh 25 kilometer ke daratan dan kemungkinan akan memicu banjir di sejumlah kota, salah satunya Kolkata.

Seorang pejabat tinggi negara mengatakan, sekitar 2,2 juta warga Bangladesh saat ini mengungsi ke tempat aman. Selain itu, lebih dari 200 ribu orang di negara bagian Bengal Barat dan lebih dari 100 ribu warga di negara bagian Odisha, India telah mengungsi sejak, Selasa (19/5/20) malam.

Topan yang terjadi di bulan Ramadhan saat pandemi corona membuat pemerintah kedua negara meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah kemungkinan penularan virus di tempat pengungsian.

Selain menyediakan pasokan bahan makanan, pemerintah kedua negara memastikan upaya menyediakan masker, alat kebersihan, dan menerapkan jaga jarak aman.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Bantuan Bangladesh Enamur Rahman mengatakan, mulai Rabu (20/5/20) pukul 6 pagi, pemerintah telah menaikkan status siaga tertinggi.

Badan meteorologi Bangladesh memperkirakan topan akan menerjang sekitar pukul 6 sore, dengan badai yang mencapai ketinggian lima meter. Mantan Kepala Departemen Meteorologi India KJ Ramesh menuturkan, daerah tersebut masuk dalam daftar langganan diterjang topan dahsyat.

Bedanya, kali ini bukan pada frekuensi topan, namun pada intensitas kecepatan angin. Peningkatan intensitas kecepatan angin menurutnya terjadi lantaran perubahan iklim dan pemanasan global.

“Ini ada kaitannya dengan perubahan suhu permukaan laut. Air laut yang hangat memicu terciptanya siklon. Akibatnya, siklon semakin intensif menerjang dibandingkan periode sebelumnya,” ujar Ramesh.(cnnindonesia/hm10)

Related Articles

Latest Articles