Ipda Rahmadsyah Ramadan Siregar Diperiksa Propam Mabes Polri


Foto Ipda Ipda Rahmadsyah Ramadan Siregar. (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Terkait dugaan tindak pidana penipuan dan penggelapan, Ipda Rahmadsyah Ramadan Siregar kini diperiksa Bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam) Mabes Polri.
“Sedang dilakukan pemeriksaan oleh Propam dan arahan dari Propam lagi diperiksa Propam Mabes Polri untuk kode etiknya,” ujar Kapolda Sumut, Irjen Whisnu Hermawan Februanto, Senin (24/2/2025).
Sementara untuk proses pidananya lanjut Whisnu, sedang berproses di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumut.
“Silahkan tunggu proses, tidak kita tutupi silahkan saja. Kalau kode etiknya sudah diperiksa Propam Polda Sumut dan akan dikirim ke Propam Mabes Polri,” ujarnya mengakhiri.
Sebelumnya, Ipda Rahmadsyah Ramadan Siregar dilaporkan ke Polda Sumut dalam kasus dugaan penipuan terhadap teman sejawatnya Bripka Shcalomo Sibuea.
Ipda Ramadan dilaporkan dengan nomor laporan polisi LP/B/1430/X/2024/SPKT/ Polda Sumut, tertanggal 14 Oktober 2024 lalu.
Kuasa hukum Bripka Shcalomo Sibuea, Olsen Tobing mengatakan, adapun modus dari terlapor dalam kasus ini dengan cara membujuk korban, serta berjanji bisa mengurus korban untuk bisa lulus seleksi Sekolah Inspektur Polisi (SIP), pada tahun 2023 lalu.
Imbalannya, korban harus memberikan uang sebesar Rp600 juta sebagai pelicin. “Di bulan Desember tahun 2023 oknum polisi berpangkat Ipda RS menghubungi klien kami. Dia membilang sama klien kami, bisa mengurus untuk masuk SIP, Ipda RS ini meminta uang sebesar Rp600 juta. Kemudian, klien kami mengirimkan uang tersebut pada Desember 2023,” ujar Olsen Tobing, Rabu (19/2/2025) siang.
Setelah penyerahan uang, korban Bripka Shcalomo Sibuea menunggu hasil seleksi penerimaan SIP yang sedang ia jalani. Namun, hingga April 2024, nama korban tidak kunjung keluar sebagai pemenang meskipun sudah membayar uang kepada Ipda Ramadan Siregar.
“Pada April 2024, pada saat pengumuman hasil tes SIP namanya tidak tercantum disana. Artinya, dia tidak lulus seperti yang dijanjikan oleh Ipda RS. Kemudian, korban mengkonfirmasi ke Ipda RS dan Ipda RS menyebut jika mau lulus harus menyetor Rp250 juta lagi,” timpal Olsen.
Mendengar hal itu, korban kembali mentransfer uang sebesar Rp250 juta, ke rekening Ipda RS pada bulan April. Dengan harapan namanya bisa keluar sebagai peserta lulus SIP.
Beberapa bulan kemudian, nama korban tidak juga keluar sebagai peserta yang lulus seleksi. Namun setelah dikonfirmasi ke terlapor (Ipda RS) tidak ada penjelasan yang jelas.
“Jadi klien kami merasa keberatan dan merasa dirugikan dengan nominal Rp850 juta,” ujarnya mengakhiri. (matius/hm25)