Pasar Bunga Terbesar ASEAN Sepi Jelang Imlek, Omzet Pedagang Turun
Pasar Bunga Rawa Belong. (f: detik/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, dikenal sebagai kawasan sentra bunga terbesar se-Asia Tenggara. Di pasar ini, tersedia berbagai jenis bunga segar, karangan bunga, dekorasi, hingga papan bunga.
Didi, salah seorang penjual bunga segar dan bunga tabur, mengungkapkan bahwa penjualan di pasar ini cenderung stabil sepanjang tahun. Hal ini menjadikan kawasan ini tetap ramai, berbeda dengan pasar-pasar lain yang kini mulai sepi.
Namun, Didi yang sudah berjualan di pasar bunga terbesar se-ASEAN tersebut sejak 1986 mengatakan bahwa, tahun ini ia merasakan penurunan yang signifikan di pasar menjelang Hari Raya Imlek, kecuali saat pandemi Covid-19 berlangsung.
"Sekarang dagangnya lagi anjlok. Biasanya kalau bulan Januari menjelang Imlek, sudah tanggal 6 atau 10, pasar sudah ramai banget. Pohon jeruk, bunga merah-merah, semuanya sudah mulai laris. Tapi sekarang sudah tanggal berapa ini, masih sepi, belum ada orang belanja," ujar Didi saat ditemui, kemarin.
"Tahun ini benar-benar kaget, belum ada pergerakan sama sekali. Biasanya, jelang Imlek sudah ramai, tapi sekarang malah sepi. Hanya pandemi saja dulu yang menyebabkan hal serupa," tambahnya.
Padahal, saat Hari Raya Imlek atau hari besar lainnya, omzet para pedagang bisa meningkat dua kali lipat, atau bahkan lebih. Khususnya untuk pembelian bunga tabur seperti yang banyak dijualnya, serta beberapa jenis tanaman lainnya.
"Biasanya saat Imlek, orang beli bisa 10 sampai 15 bungkus sekali beli. Kalau kita bawa lebih, bisa sampai 40 bungkus. Jam setengah sebelas biasanya sudah habis. Kalau omzet, iya, bisa dua kali lipat. Kami incar pembeli yang beli banyak untuk tabur di laut," jelasnya.
Didi menyebutkan bahwa penurunan jumlah pembeli kali ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat deras dan lama, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pasar bunga yang buka 24 jam ini biasanya sepi hanya saat hujan turun.
"Beberapa hari ini, hujan dari pagi sampai malam, nggak berhenti. Hari ini saja dari subuh sampai sekarang hujan terus, baru mau berhenti sebentar, nanti jatuh lagi. Kalau musim hujan, penjualan turun, orang nggak ada yang datang ke pasar," ujarnya.
Selain mempengaruhi jumlah pengunjung, curah hujan yang tinggi juga membuat bunga segar milik pedagang lebih cepat layu dan rusak. Akibatnya, banyak pedagang yang merugi karena dagangan harus dibuang begitu saja.
"Kalau sepi seperti ini, bunga-bunga yang kami pegang bisa layu. Kalau musim panas, bunga bisa tahan lebih lama, bahkan sampai tiga hari. Tapi kalau musim hujan, sehari saja sudah rusak, apalagi kalau kena hujan," kata Didi. (mtr/hm24)