17 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Menkop-UKM Sebut Sepinya Tanah Abang Bukan karena TikTok

Jakarta, MISTAR.ID

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki membantah jika aplikasi TikTok menjadi penyebab sepinya pengunjung di Pasar Tanah Abang. Menurutnya, sepinya pembeli di Tanah Abang dikarenakan banyaknya barang-barang impor yang dijual dengan harga murah.

“Pedagang Pasar Tanah Abang telah menjual barang secara online, melalui siaran langsung, dan menggunakan berbagai saluran lain sejak dulu. Masalah utamanya adalah masuknya barang-barang impor murah yang sulit untuk bersaing dengan produk dalam negeri,” kata Teten, Rabu (25/10/23).

Teten juga mengingatkan, pedagang yang berjualan melalui siaran langsung seringkali harus bersaing dengan artis.

“Masalah ini merupakan tantangan bagi pedagang untuk mempertahankan daya tarik jualan dengan live shopping,” tambahnya.

Baca juga: Pedagang di Tanah Abang Jakarta Protes Tiktok Shop

Di kesempatan lain, Ibrahim Kholilul Rohman, seorang pakar ekonomi digital mengatakan, menurunnya aktivitas jual beli tidak hanya terjadi di Pasar Tanah Abang tetapi juga di pusat perdagangan retail lainnya di Jakarta, seperti Glodok, Cipulir, Thamrin City, dan Ratu Plaza.

“Faktor penurunan aktivitas jual beli ini dipengaruhi oleh aspek permintaan dan penawaran yang bekerja bersama-sama,” jelas Ibrahim.

Menurut pengamatannya, dari sisi permintaan, proporsi pengeluaran rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung menurun.

“Ini disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat dan kehati-hatian yang meningkat akibat dampak krisis Covid-19. Masyarakat lebih memilih untuk menabung daripada berbelanja,” tambahnya.

Baca juga: Penerima BLT di Tanah Abang Galang dari Desa Tetangga

Dari sisi penawaran, masuknya barang-barang impor murah, terutama dari China, melalui platform digital, menyebabkan barang-barang yang dijual secara langsung di pasar menjadi kurang bersaing dalam hal harga.

“Konsumen lebih tertarik pada platform penjualan online karena kemudahan, harga yang lebih murah, dan dukungan ekosistem keuangan yang memudahkan transaksi. Hal ini menciptakan kompetisi yang lebih keras bagi pedagang konvensional,” tutupnya. (kompas/hm20)

Related Articles

Latest Articles