10.5 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Kenaikan Harga Sawit Belum Mampu Dongkrak Ekonomi Petani di Tanah Jawa

Simalungun, MISTAR.ID

Angin segar sedang menyelimuti petani sawit di wilayah Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun sejak pertengahan bulan Juli 2023.

Sebab, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit terus bergerak naik secara bertahap hingga Rp 1.900 per kg dari sebelumnya Rp 1.700 per kg pada Juli 2023

Harga TBS sempat turun cukup lama 1.500 per kg yang menyebabkan perekonomian masyarakat di Kecamatan Tanah Jawa masih lesu hingga saat ini.

Baca juga: 70 Pelaku Pencurian Sawit PTPN IV Terima Restorative Justice Massal

Seperti yang diungkapkan Sukardi (45) pengepul sekaligus petani di Kecamatan Tanah Jawa. Menurutnya, kenaikan harga belum mampu mendongkrak ekonomi petani, lantaran hasil panen atau produksi TBS  terus turun sejak Juni 2023 lalu.

“Walaupun terus mengalami kenaikan. Namun pendapatan petani tidak bergerak, karena produksi sawit terus merosot. Ini akibat siklus masa produksi sawit dan kemarau panjang pada Juni lalu,” ujarnya saat ditemui mistar.id, pada Senin(31/7/23).

Dikatakan, perkebunan kelapa sawit di sekitaran Kecamatan Tanah Jawa setiap tahun berkurang. Hal ini dikarenakan bertahun-tahun harga TBS mengalami kemerosotan.

Baca juga: LPG 3 Kg Bersubsidi Langka, Pengamat Ekonomi Duga Ada Permainan Mafia

“Banyak kebun sawit yang diubah menjadi ladang jagung karena dianggap tidak menghasilkan. Namun kenaikan TBS dalam beberapa pekan terakhir dan diprediksi akan terus mengalami kenaikan menjadi harapan petani, setelah bertahun-tahun mengalami penurunan,” ungkap Sukardi penuh harapan.

Sementara itu, Radot (35) petani sawit di Desa Sampe Raja, Kecamatan Tanah Jawa, mengaku kenaikan harga sawit tidak dapat dinikmati mereka (para petani). Karena di saat harga TBS naik, produksi sawit dari kebun petani justru menurun. Dari lahan 1 hektar biasanya mampu menghasilkan 1,5 ton, namun sejak awal tahun ini produksi hanya 600 kilogram saja.

“Namun begitu kami tetap bersyukur dengan adanya pergerakan menuju ke arah positif,  Semoga saja terus bergerak naik,” pinta Radot.

Baca juga: Masyarakat Bebas Beli Bibit Sawit Produksi PPKS Marihat

Dirinya berharap, pergerakan harga ini terus berlanjut hingga mencapai Rp 2.000 per kilogram di tingkat petani, Hal ini mengingat biaya perawatan dan pemupukan memerlukan biaya besar agar produksi buah maksimal.

“Kalau harga turun, produksi juga turun, karena banyak kebun sawit tidak dirawat dengan baik. Dampaknya pun luas, kondisi perekonomian petani sawit menjadi lesu,” tutup Radot. (abdi/hm16)

 

Related Articles

Latest Articles