Sunday, March 30, 2025
home_banner_first
BUDAYA

Sejarah Hari ini: Bagaimana Mudik Menjadi Budaya Lebaran di Indonesia?

journalist-avatar-top
Rabu, 26 Maret 2025 15.28
sejarah_hari_ini_bagaimana_mudik_menjadi_budaya_lebaran_di_indonesia

Ilustrasi sejumlah warga hendak melakukan mudik lebaran. (f:net/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Mudik Lebaran adalah fenomena tahunan di Indonesia, di mana jutaan orang kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarga saat Idulfitri. Namun, tahukah kamu,tradisi ini sudah ada sejak zaman kolonial?Istilah "mudik" berasal dari bahasa Jawa, yaitu "mulih dilik", yang berarti pulangsebentar ke kampung halaman.

Mudik bukan sekadar perjalanan, tetapi juga simbolketerikatan dengan keluarga dan tanah kelahiran. Dikutip dari situs Indonesia Baik oleh Kominfo, mudik adalah singkatan dari 'mulih dilik' yang artinya pulang sebentar. Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik artinya: (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman): dari Palembang sampai ke Sakayu;

Mudik di Era Kolonial Belanda

Pada masa penjajahan, banyak orang desa yang merantau ke kota untuk bekerja disektor industri, perkebunan, dan sebagai pekerja rumah tangga.Saat hari raya, merekadiberi izin pulang ke kampung untuk sementara waktu.

Karena infrastruktur masih minim, perjalanan pulang bisa memakan waktu berhari hari dengan kapal laut atau kereta api.

Mudik Pasca-Kemerdekaan (1950-an - 1970-an)

Setelah Indonesia merdeka, tradisi mudik semakin kuat karena perantau ingin tetapmenjaga hubungan dengan keluarga di kampung halaman.Pada 1960-an, mulai ada "angkutan Lebaran" menggunakan kereta api dan busuntuk mengakomodasi pemudik.

Mudik di Era Modern (1980-an - Sekarang)

Pemerintah mulai melihat mudik sebagai fenomena nasional yang perlu dikelola.Infrastruktur transportasi berkembang: tol Trans-Jawa, jalur kereta api, dan bandara diperluas untuk mengatasi lonjakan pemudik.

Pada 1990-an, muncul tren mudik gratis yang disediakan oleh pemerintah danperusahaan besar.

Dilansir situs Kementerian Perhubungan, istilah mudik mulai muncul pada tahun 1970-an. Saat itu, Jakarta masih merupakan satu-satunya kota besar di Indonesia. Banyak orang dari berbagai daerah mengadu nasib ke kota Jakarta untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik.

Mereka bekerja di kantor-kantor pemerintah, kantor-kantor swasta, pabrik dan berbagai industri, bahkan ada juga yang menjadi pengusaha. Lalu, ada saatnya para perantau tersebut kembali ke kampung halamannya. Kegiatan itu disebut dengan mudik.

Mudik menjadi momentum terbaik bagi para perantau untuk melepas rindu dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Fenomena mudik tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Muslim saja, tetapi sudah menjadi tradisi tahunan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Indonesia.

Pada awalnya, mudik lebaran tidak semeriah seperti sekarang. Biasanya, mudik dilakukan oleh para pedagang atau orang-orang yang tinggal di kota besar dan bekerja di luar daerah. Mereka pulang ke kampung halaman untuk berbagi kebahagiaan dengan keluarga serta merayakan Idulfitri setelah sebulan penuh berpuasa.

Selain itu, momen mudik juga dimanfaatkan untuk saling meminta maaf kepada orang tua dan keluarga besar setelah menjalani ibadah puasa dengan penuh kesabaran. Perjalanan mudik yang dimulai dengan kendaraan tradisional seperti kereta kuda atau perahu, sehingga seiring berjalannya waktu, bertransformasi dengan hadirnya kendaraan modern seperti mobil, bus, dan pesawat. (berbagai sumber/hm18)

REPORTER:

RELATED ARTICLES