9.9 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Salman Rushdie Sang Kontroversi Ayat Ayat Setan dan Kehidupan yang Penuh Teror

Jakarta, MISTAR.ID

Salman Rushdie sudah menjadi bahan gunjingan sejak dekade ’90-an, terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Apalagi kalau bukan novel kontroversialnya, The Satanic Verses alias Ayat Ayat Setan yang rilis pada 1988.

Novel tersebut begitu kontroversial dan mengundang amuk amarah umat muslim. The Satanic Verses dianggap menghina umat muslim dan Nabi Muhammad.

Novel yang mendapatkan penghargaan Whitbread Award pada 1988 dan populer di Inggris tersebut membuahkan berbagai kecaman hingga ancaman pembunuhan untuk Rushdie.

The Satanic Verses berkisah perjalanan dua aktor muslim India yang secara ajaib selamat dari pembajakan pesawat. Ketika mereka jatuh dari langit, salah satu aktor berubah menjadi malaikat Jibril. Sementara yang lain, berubah menjadi Iblis.

Novel realisme magis ini kemudian membahas soal dislokasi, sifat baik dan jahat, keraguan, dan kehilangan keyakinan akan agama.

The Satanic Verses disebut terinspirasi dari kehidupan Nabi Muhammad, yang kemudian tokoh itu oleh Rushdie disebut sebagai “Mahound” dalam novel ini.

Nama itu sendiri sejatinya adalah ejekan yang digunakan oleh orang Inggris semasa Perang Salib kepada umat muslim. Nama itu berarti “idola, atau Tuhan yang salah”.

Baca juga:Usai Ditikam di New York, Novelis Salman Rushdie Pakai Ventilator

Sementara judul novel ini, The Satanic Verses, dikisahkan mengacu pada kumpulan ayat-ayat ilahiah yang disalahartikan oleh Mahound dan dianggap sebagai wahyu Tuhan.

Ayat-ayat tersebut mengizinkan doa kepada tiga Dewi Makkah era sebelum Islam. Hal ini merupakan pelanggaran berat bagi Islam yang menganut “tauhid” atau monoteisme.

Kumpulan ayat-ayat itu kemudian ditarik dengan alasan Iblis telah memperdaya Mahound dan membuat dirinya mengira wahyu-wahyu tersebut datang dari Tuhan yang sesungguhnya.

Sementara itu, dalam novel, muslim yang taat menyangkal bahwasanya ayat-ayat ini pernah ada.

Boikot dan Ancaman Pembunuhan

Novel The Satanic Verses langsung jadi bumerang Salman Rushdie begitu dirilis pada 1988. Buku ini menuai kontroversi besar dan memicu amarah umat muslim.

India menjadi negara pertama yang melarang keberadaan buku ini, sembilan hari saat dirilis pertama di Inggris. Negara-negara berpenduduk muslim lainnya pun menyusul, seperti Pakistan, Arab Saudi, hingga Afrika Selatan.

Sementara di negara-negara Barat seperti Inggris, ribuan muslim turun ke jalan, memprotes, dan menyebut Salman Rushdie telah melakukan penistaan agama.

Pada 14 Januari 1989, demonstran muslim di Bradford, Inggris, membakar buku The Satanic Verses di jalanan.

Sementara kantor penerbit novel tersebut, Viking Penguin, di New York City, menerima tujuh ancaman bom. Sedangkan banyak toko buku lainnya di Inggris benar-benar dibom.

Pada 1991, penerjemah The Satanic Verses versi bahasa Jepang dibunuh. Sementara penerjemah novel ini ke bahasa Italia, terluka parah usai mendapatkan penusukan.

Fatwa Ayatollah Khomeini
Bom terbesar dalam gelombang protes terhadap The Satanic Verses dan Salman Rushdie adalah ketika Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa pada 14 Februari 1989.

Fatwa tersebut berisikan seruan kematian untuk Salman Rushdie dan penerbit novel The Satanic Verses. Hal ini disebut Khomeini, dalam siaran di radio kala itu, agar tak ada lagi yang menghina “kepercayaan suci umat Islam”.

Sementara itu, Rushdie membantah bahwa The Satanic Verses adalah penghinaan terhadap Islam. Namun ia mengeluarkan pernyataan yang juga kontroversial.

“Banyak muslim di dunia benar-benar emosi dengan penerbitan novel saya. Saya sangat menyesalkan kesusahan yang ditimbulkan dari publikasi ini kepada para pengikut Islam yang tulus,” kata Rushdie.

Pernyataan Rushdie dan pemintaan maaf penulis itu ditolak oleh Khomeini yang kemudian menyerukan “eksekusi” terhadap novelis tersebut.

Sebagai akibatnya, Salman Rushdie pun bersembunyi hingga sedekade. Insider menyebut novelis ini menutup dirinya di rumah yang dilengkapi kaca antipeluru dan kamera pengaman.

Bukan hanya itu, Salman Rushdie selama bertahun-tahun mendapatkan ancaman pembunuhan tak henti serta harus menyewa penjaga bila bepergian.

Namun ancaman pembunuhan terhadap Salman Rushdie belum jua berakhir hingga memasuki 2010-an. Pada 2012, sebuah lembaga keagamaan di Iran menjanjikan hadiah US$3,3 juta untuk kepala Salman Rushdie.

Pada 2019, lewat kicauan di Twitter yang kini telah tiada, pemimpin Iran saat ini, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menyebut fatwa pendahulunya itu “tidak dapat dibatalkan”.

Baca juga:Abdulrazak Gurnah, Penulis yang Raih Nobel Sastra 2021

Insiden Berdarah Salman Rushdie Ditikam 15 Kali, Organ Vital Rusak Parah

Insiden berdarah menimpa penulis buku The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan, Salman Rushdie, di New York pada Jumat (12/8/22). Salman Rushdie ditikam hingga 15 kali oleh seseorang. Kondisi Salman Rushdie kini mengenaskan dan masih dirawat di rumah sakit.
Salman Rushdie menghadiri sebuah event yang digelar di Institusi Chautauqua New York. Acara itu terbuka untuk umum dan dihadiri oleh ribuan orang. Penikaman terjadi usai Salman Rushdie dipanggil dan diperkenalkan oleh pembawa acara. Dia pun naik ke atas panggung sebelum akhirnya ditikam oleh seseorang.

Tak berapa lama kemudian, pelaku yang melakukan penyerangan ditangkap. Sementara, Salman Rushdie mengalami luka parah di bagian dada dan leher. Tidak hanya ditikam, Salman Rushdie juga ditinju dan dipukul berulang kali. Pelaku menikamnya sekitar 15 kali di bagian yang sama. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles