8.5 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Rupiah Melemah ke Rp15.650 per Dolar AS

Jakarta, MISTAR.ID
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,16% ke Rp15.620/US$, Selasa (1/11/22).

Depresiasi semakin membengkak hingga 0,35% ke Rp15.650/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak pertengahan April 2020. Rupiah masih tertekan meski ada kabar baik dari dalam negeri.

Kemarin, rupiah menutup Oktober dengan pelemahan 0,3%. Sepanjang Oktober pelemahannya sebesar 2,4%, dan membukukan pelemahan 3 bulan beruntun.

The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini membuat rupiah kesulitan menguat. Pelaku pasar menanti kepastian apakah Jerome Powell dan kolega masih akan terus agresif ke depannya atau tidak.

Baca Juga:Rupiah Menguat Terhadap Dolar ke Posisi Rp15.600

Ada harapan, The Fed akan mulai mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan mengumumkan kebijakan moneternya pada siang ini. Pada pengumuman Oktober lalu, RBA mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 2,85%.
Terbilang mengejutkan, sebab pasar memperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin.

Sementara untuk hari ini, pasar melihat RBA akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, sesuatu yang dianggap normal.

Pada pekan lalu, giliran bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) yang mengejutkan dengan kenaikan suku bunga suku bunga 50 basis poin menjadi 3,5%, lebih rendah dari ekspektasi pasar 75 basis poin.

Baca Juga:Rupiah Melemah, Bank Sudah Mulai Jual Dolar Rp15.600

BoC bahkan mengatakan, periode kenaikan suku bunga sebentar lagi akan berakhir, sebab perekonomiannya diperkirakan akan stagnan dalam 3 kuartal ke depan.

Dua bank sentral utama dunia yang mulai mengendurkan kenaikan suku bunganya tentunya membuat pelaku pasar melihat The Fed bisa melakukan hal yang sama.

Sementara itu dari dalam negeri, S&P Global pagi tadi melaporkan purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia tumbuh 51,8 pada Oktober. Meski turun cukup dalam dari bulan sebelumnya 53,7 tetapi masih berada di atas 50.

Angka di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya adalah kontraksi.

Baca Juga:Rupiah Ambrol ke Rp15.500, Kondisi Terlemah dalam 2,5 Tahun Terakhir

Jika dilihat lebih detail, laporan S&P global menyatakan tingkat keyakinan bisnis naik ke level tertinggi sejak Maret. Hal ini tentunya menjadi kabar yang sangat bagus di tengah isu resesi dunia, nilai tukar rupiah yang terpuruk dan Bank Indonesia (BI) yang terus mengerek suku bunga acuannya dalam 3 bulan beruntun sebesar 125 basis poin menjadi 4,75%.

Saat suku bunga acuan naik, berisiko menghambat ekspansi dunia usaha, sebab suku bunga kredit, baik investasi maupun modal kerja, akan mengalami kenaikan.

Kenaikan tingkat keyakinan bisnis dalam kondisi tersebut memberikan harapan ekspansi sektor manufaktur akan terus berlanjut.(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles