17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Tiga Hujan Meteor Segera Turun Di Langit Indonesia

MISTAR.ID

Fenomena hujan meteor terjadi ketika sejumlah meteor tampak memancar di langit. Penyebabnya adalah puing-puing benda langit seperti asteroid atau pecahan komet di ruang angkasa yang terhisap oleh gravitasi Bumi.

Dari lima hujan meteor yang terjadi pada November, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA)-BRIN menyebut terdapat dua fenomena hujan meteor yang tidak terganggu oleh interferensi cahaya alami dari Bulan, yakni Alfa Monocerotid dan Orionid November. Sementara tiga sisanya mengalami interferensi cahaya alami dari Bulan, yakni Andromedid, Taurid Utara dan Leonid.

Nah, untuk mengamati hujan meteor ini, masyarakat tidak perlu menggunakan alat bantu optik, cukup dengan mata saja.
Jika ingin merekam maupun memotretnya menggunakan kamera DSLR maupun kamera all-sky dengan medan pandang 180 derajat, sangat direkomendasikan bagi yang ingin mengabadikannya dalam bentuk citra maupun video.

Hujan meteor Andromedid
Merupakan hujan meteor yang titik radian atau titik asal kemunculannya terletak di konstelasi Andromeda. Hujan meteor ini aktif sejak 27 Oktober hingga 17 November. Andromedid memiliki intensitas maksimum 3 meteor per jam saat di zenit pada 6 November.

Di Indonesia, intensitas Andromedid berkurang menjadi 1 meteor per jam karena ketinggian titik radian saat transit antara 42-59 derajat di atas ufuk utara. Fenomena ini dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah timur laut setelah Matahari terbenam pada 5 November hingga terbenam di arah barat laut saat subuh 6 November yang lalu.

Hujan meteor Andromedid berasal dari sisa komet 3D/Biela yang mengorbit Matahari dengan periode 201 hari. Kelajuan geosentrik meteor ini mencapai 68.400 kilometer per jam.

Taurid Utara (12 November)
Hujan meteor Taurid Utara merupakan hujan meteor yang titik radiannya terletak di konstelasi Taurus bagian utara dekat gugus bintang Pleiades. Taurid Utara aktif sejak 20 Oktober hingga 10 Desember, dan berintensitas maksimum 5 meteor per jam saat di zenit pada 13 November.

Fenomena langit ini terlihat di seluruh Indonesia dari arah timur laut setelah Matahari terbenam pada 12 November hingga terbenam di arah barat laut sebelum Matahari terbit pada 13 November lalu.

Intensitas di Indonesia hanya 3-4 meteor per jam karena ketinggian titik radian saat transit antara 57-74 derajat di atas ufuk utara. Hujan meteor ini berasal dari sisa debu komet 2P/Encke yang mengorbit Matahari dengan periode 3,3 tahun. Kelajuan geosentrik meteor ini mencapai 104.400 kilometer per jam.

Hujan Meteor Leonid
Merupakan hujan meteor yang titik radiannya terletak di konstelasi Leo. Fenomena langit ini aktif sejak 6 hingga 30 November, dan berintensitas variatif antara 10-15 meteor per jam saat di zenit pada 18 November.

Leonid dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah timur laut setelah tengah malam pada 18 November hingga meredup di arah utara sebelum Matahari terbit. Hujan meteor Leonid berasal dari sisa debu komet 55P/Tempel-Tuttle yang mengorbit Matahari dengan periode 33,3 tahun. Kelajuan geosentrik meteor ini mencapai 255.600 kilometer per jam.

Alfa Monocerotid (21 November)
Hujan meteor Alfa Monocerotid merupakan hujan meteor yang titik radiannya terletak di konstelasi Canis Minor dekat bintang Alfa Monocerotis konstelasi Monoceros. Fenomena langit ini aktif sejak 15-25 November, dan berintensitas variatif antara 1-5 meteor per jam saat di zenit pada 22 November.

Alfa Monocerotid dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah timur sejak 21 November sekitar pukul 22.00 waktu setempat (sesuai zona waktu masing-masing) hingga meredup di arah barat sebelum Matahari terbit pada 22 November mendatang.
Hujan meteor Alfa Monocerotid sendiri berasal dari sisa debu komet C/1917 F1 (Mellish) yang mengorbit Matahari dengan periode 143,5 tahun. Kelajuan geosentrik meteor ini mencapai 234.000 kilometer per jam.

Orionid November (28 November)
Hujan meteor Orionid merupakan hujan meteor yang titik radiannya terletak di konstelasi Orionid. Hujan meteor ini aktif sejak 14 November hingga 6 Desember, dan berintensitas maksimum 3 meteor/jam saat di zenit pada 29 November.

Orionid dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah timur sejak 28 November sekitar pukul 20.00 waktu setempat (sesuai zona waktu masing-masing) hingga meredup di arah barat laut sebelum Matahari terbit pada 29 November mendatang.

Di Indonesia, intensitas meteor yang melintas bervariasi antara 2-3 meteor per jam. Hal ini dikarenakan ketinggian titik radian saat transit antara 63-80 derajat di atas ufuk utara.
Sumber hujan meteor ini belum dapat diketahui dengan pasti, berbeda dengan Orionid di bulan Oktober yang bersumber dari komet Halley. Kelajuan geosentrik meteor ini mencapai 234.000 kilometer per jam.(cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles