14.6 C
New York
Friday, May 3, 2024

Studi Efek Ganja Kurangi Rasa Sakit Ternyata Tidak Terlalu Luar Biasa

Jakarta, MISTAR.ID

Meredakan rasa sakit adalah salah satu alasan paling umum orang melaporkan penggunaan ganja medis. Menurut survei nasional Amerika Serikat (AS), 17 persen responden yang dilaporkan menggunakan ganja dalam setahun terakhir telah diberi resep ganja medis.

Sedangkan dalam pengobatan mandiri, jumlahnya bahkan lebih tinggi, dengan perkiraan antara 17-30 persen orang dewasa di Amerika Utara, Eropa, dan Australia melaporkan mereka menggunakannya untuk mengatasi rasa sakit.

Meski ganja dan produk turunan ganja, seperti CBD, dapat digunakan secara luas untuk mengurangi rasa sakit, seberapa efektifnya dalam melakukan hal ini masih belum jelas.

Baca juga:Keciduk Merokok Ganja, Warga Tebing Tinggi Digelandang ke Sel Polisi

Sebuah studi terbaru menunjukkan efek ganja untuk mengurangi rasa sakit ternyata tidak terlalu luar biasa bahkan tak beda jauh dengan plasebo.

Dilansir dari The Conversation, sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association menunjukkan ganja tidak lebih baik dalam menghilangkan rasa sakit daripada plasebo.

Kesimpulan tersebut dihasilkan setelah para peneliti melihat hasil uji coba terkontrol secara acak di mana ganja dibandingkan dengan plasebo untuk pengobatan nyeri klinis.

Para peneliti secara khusus memasukkan studi yang membandingkan perubahan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pengobatan. Secara total, para peneliti melihat 20 penelitian yang melibatkan hampir 1.500 orang.

Studi yang disertakan melihat berbagai kondisi nyeri yang berbeda, seperti nyeri neuropatik, yang disebabkan oleh kerusakan saraf, dan multiple sclerosis. Kemudian produk ganja yang dimasukkan juga beragam, mulai dari THC, CBD, hingga ganja sintetis seperti nabilone.

Baca juga:Warung Tuak di Siantar Marimbun Digerebek, Petugas Temukan 4 Pria Positif Ganja

Lalu, metode penggunaan produk ganja untuk perawatan pun beragam, di antaranya melalui pil, semprotan, minyak dan asap.

Dikutip dari Science Alert, mayoritas peserta penelitian adalah perempuan (62 persen) dan berusia antara 33 dan 62 tahun. Sebagian besar penelitian dilakukan di AS, Inggris, atau Kanada, tetapi para peneliti juga menyertakan penelitian dari Brasil, Belgia, Jerman, Prancis, Belanda, Israel, Republik Ceko dan Spanyol.

Hasilnya, rasa nyeri dinilai tidak begitu intens setelah pengobatan dengan plasebo, dengan efek sedang hingga besar tergantung pada masing-masing orang. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles