9.1 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Museum Simalungun Minim Pengunjung, Ini Penyebabnya

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Museum Simalungun yang berada di Jalan Sudirman, Kecamatan Siantar Barat belakangan sepi pengunjung. Kondisi ini terjadi karena saat ini memasuki masa-masa ujian sekolah.

Di mana setiap harinya pengunjung museum didominasi pelajar dari semua tingkatan. Sedangkan pengunjung dari kalangan masyarakat umum relatif jarang berkunjung.

“Biasanya para pelajar datang didampingi gurunya masing-masing. Mereka datang untuk memenuhi kegiatan ekstrakurikuler atau kebutuhan pelajaran di sekolah,” ujar Ketua Yayasan Museum Simalungun, Jomen Purba, Senin (8/5/23).

Baca Juga:Anggaran Museum Simalungun Memprihatinkan, Mahasiswa USI: Pemerintah Harus Peduli

Museum Simalungun sendiri beroperasi setiap hari, kecuali Minggu. Waktu operasional antara pukul 08.00-17.00 WIB.

“Harga tiket masuk masih sama, yakni Rp5.000 per orang,” ujar pensiunan pegawai Kantor Bupati Simalungun itu.

Museum Simalungun yang dibangun era kolonial Belanda ini, persis berada di inti kota, antara Mapolres Pematang Siantar dan GKPS Sudirman.

Hampir semua angkutan kota lewat dari depan lokasi yang mengoleksi benda-benda sejarah dan budaya di Kota Pematang Siantar dan Simalungun itu. Sehingga museum memiliki akses darimana saja, termasuk warga dari setiap perbatasan Kota Pematang Siantar.

Berbentuk rumah adat khas dan ornamen Simalungun, museum ini didirikan pada April 1939 dan dihadiri tujuh Raja-raja Simalungun. Hingga sekarang menyimpan 860 koleksi aneka benda-benda kuno yang bisa jadi bahan pelajaran masa kini.

Sejak dibangun, museum ini sudah mengalami pemugaran sebanyak dua kali. Pertama tahun 1968 pada masa pemerintahan Bupati Simalungun, Radjamin Purba. Renovasi kedua tahun 1982 pada masa Bupati Letkol (Purn) JP Silitonga.

Meski direnovasi, namun tetap mempertahankan konstruksi aslinya yang terbuat dari kayu. Ketika itu, bangunan museum diruntuhkan dan dibangun kembali dengan meniru bentuk sebelumnya.

Dibangun dengan menggunakan semen, sehingga diharapkan tetap awet dan tidak mengalami kerusakan. Luas bangunannya 8×12 meter di atas lahan seluas 1.500 meter persegi.

Baca Juga:Museum Simalungun, Minta Pengurus Buat Permohonan

Seluruh koleksi di Museum Simalungun dapat dilihat dalam vitrine yang tersusun rapi. Untuk memudahkan pengunjung, koleksi ditata berkelompok diberi judul dan pengertiannya.

Koleksi Etnografika, yaitu peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, peralatan menangkap ikan, peralatan meramu dan berburu, peralatan pandai emas dan besi, peralatan musik dan tari, peralatan pengrajin tenun, bahan-bahan terbuat dari kayu, rotan, bambu, porselin, tanah liat, tanduk tulang-tulang, besi tembaga, kuningan dan bahan-bahan lainnya.

Koleksi Keramikologie terdiri dari berbagai jenis porselin buatan China, Holland dan Spanyol. Sementara itu, ada juga koleksi Numismatika yang terdiri dari berbagai mata uang seperti mata uang Indonesia, Belanda, Jepang dan lain-lain.
Kemudian koleksi Naskah Kuno (Old Manuscript) yang terbuat dari kulit kayu alim dan bamboo ayan.

Naskah kuno ini menyimpan berbagai aspek ilmu pengetahuan seperti astrologi dan astronomi serta ramuan obat tradisional.

Koleksi Arkeologi yang terdiri dari aneka arca yang terbuat dari batu, perunggu dan kuningan. Serta koleksi Hand Craff, yakni koleksi karya seni berupa arca dan ornamen yang bahannya terbuat dari kayu dan bamboo. (gideon/hm12)

Related Articles

Latest Articles