9.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Batasi Konsumsi Gula untuk Hindari Obesitas dan Diabetes

Medan, MISTAR.ID

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat menjadi 21,8 persen, dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari sebesar 11,5 persen di 2013 dan naik ke 13,6 persen di 2018.

Hal ini dipicu prubahan gaya hidup selama pandemi seperti, konsumsi gula berlebih dan berkurangnya aktivitas fisik. Menurut Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI dr Elvieda Sariwati, bahwa obesitas
memiliki risiko prediabetes dan diabetes, di mana hampir 90% orang dengan diabetes tipe 2 ternyata mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas.

“Prevalensi diabetes di tingkat nasional menunjukkan dari 6,9% pada 2013, menjadi 8,5% pada 2018 dari hasil Riskesdas 2018. Seperti yang kita ketahui, diabetes dapat menjadi jalan pintas penyakit-penyakit tidak menular lainnya, seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, gagal ginjal, dan gangguan syaraf. Dari 10-15 tahun sejak awal terdiagnosa, prevalensi semua komplikasi ini akan meningkat tajam. Tak hanya itu, diabetes juga menjadi salah satu faktor komorbid yang berkaitan dengan peningkatkan tingkat keparahan Covid-19,” katanya melalui dalam kegiatan Festival Komunitas ‘Beat
Obesity’ 2021 sekaligus peringatan Hari Diabetes Sedunia yang digelar Nutrifood secara virtual, Kamis (4/11/21).

Untuk itu, pencegahan sedini mungkin adalah solusi terbaik agar terhindar dari dampak fatal diabetes. Selain itu, dr Elvieda juga menyarankan untuk menerapkan perilaku hidup sehat dengan menjalani GERMAS dan CERDIK.

Baca Juga:Obesitas Ancaman Peradaban Manusia

Kuatkan komitmen untuk menjaga pola makan yang bergizi dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, dan jangan ragu untuk segera periksakan diri ketika muncul gejala awal.

“Kuatkan komitmen untuk menjaga pola makan sehat dan perhatikan asupan gula sehari-hari, rutin beraktivitas fisik, lakukan deteksi dini/skrining berkala dan jangan ragu untuk segera periksakan diri ketika muncul gejala awal,” katanya.

Ditambahkan dokter Spesialis Gizi Klinis dr Marya Haryono, dengan konsumsi gula berlebih bisa berkontribusi terhadap tingginya asupan kalori yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.

Sayangnya, masyarakat masih cenderung mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi, baik dari penambahan gula saat memasak, makan, dan minum maupun melalui konsumsi makanan dan minuman manis yang tinggi gula.

Baca Juga:Obesitas Berhubungan dengan Kebiasaan BAB yang Tak Normal, Bukan Pola Makan

“Jadi, masyarakat juga perlu waspada dengan kandungan gula yang terkandung di makanan dan minuman kemasan. Untuk itu, masyarakat perlu lebih jeli dalam memperhatikan label kemasan guna mengetahui kandungan gula tersembunyi (hidden sugar) di makanan minuman. Hal ini penting agar kita dapat lebih sadar akan jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya,” sebutnya.

Selain itu, masyarakat juga secara rutin perlu melakukan pengukuran berat badan untuk mengetahui apakah berat badan mereka termasuk kategori normal atau overweight, dan bahkan obesitas.

Cara pengukurannya dengan metode perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu, jumlah berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter) kuadrat.

Baca Juga:Obesitas Dapat Mengubah Respons Sistem Kekebalan Terhadap Covid-19

Berdasarkan World Health Organization, untuk orang Asia, apabila hasil BMI-nya di bawah 18,5 maka tergolong kurus, sementara BMI 18,5-22,9 termasuk kategori normal.

“Masyarakat perlu lebih waspada apabila hasil BMI mencapai angka 23,0-24,9 karena sudah termasuk overweight, 25-29,9 termasuk kategori obesitas tingkat I, dan ≥30 dinyatakan obesitas tingkat II,” jelas dr Marya.

Selain dua narasumber tadi, Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus Badan POM RI Yusra Egayanti, juga turut serta dalam kegiatan edukasi ini dan mengimbau pada masyarakat agar cermat membaca label kemasan pangan olahan yang dapat membantu masyarakat lebih bijak dalam konsumsi gula, dan terhindar dari risiko obesitas.

Baca Juga:Ini Tips 3 Hal Cara Diet yang Mudah dan Menyenangkan

“Masyarakat harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu, jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (seperti lemak,  lemak jenuh, protein, garam/natrium, dan karbohidrat (termasuk gula) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian. Idealnya, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan,” bebernya.

Sementara, Head of Strategic Marketing Nutrifood, Susana menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi dan menginspirasi masyarakat Indonesia untuk implementasikan gaya hidup sehat, terlebih di masa pandemi saat ini.

“Kami berharap melalui Festival Komunitas ‘Beat Obesity’ hari ini dapat memperluas wawasan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak muda, komunitas kuliner dan kesehatan, serta masyarakat umum tentang pentingnya batasan konsumsi gula untuk membantu mereka terhindar dari risiko obesitas dan diabetes,” ungkapnya.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles