Toba, MISTAR.ID
Danau Toba memiliki luas 1.130 km2 yang mengitari 7 kabupaten dan terbentuk dari letusan maha dahsyat, menyimpan teka-teki yang belum bisa terjawab. Pasalnya, secara rutin setiap tahunnya air danau naik (pasang) setinggi 1 meter hingga 2 meter.
Memasuki bulan Maret hingga April, pengelola wisata pantai di sekitaran Danau Toba dibuat kelimpungan dengan naiknya air danau. Pengelola Pantai Pasir Putih Parparean, Herbet Napitupulu misalnya.
Dia merasa bingung mengapa setiap tahun di bulan Maret sampai April air danau naik yang tidak ada pengaruhnya ketika musim penghujan maupun kemarau.
Dampak dari naiknya permukaan air itu, bangunan taman dan jogging track yang dikelolanya dibanjiri air, sehingga mengurangi keindahan pantai yang sudah menjadi tujuan favorit di Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba.
“Imbas naiknya permukaan air, sudah jelas mengurangi kunjungan wisata. Kondisi seperti ini wisatawan tidak lagi nyaman membawa anak-anak untuk berenang, sebab yang menjadi daya tarik pantai ini dengan kondisi pantai yang landai sangat cocok untuk anak berenang dan bermain di air,” ujar Herbet.
Baca Juga :Â BPODT Akui Berupaya Majukan Pariwisata Danau Toba dan Atasi Kartu Kuning UNESCO
Keanehan yang terjadi di Danau Toba ditanggapi salah seorang warga Porsea, Aldi Frankin. Menurutnya, butuh pembuktian penelitian secara ilmiah penyebab naiknya permukaan air secara rutin setiap tahunnya dan di sinilah perlunya peran pemerintah untuk melakukan penelitian agar masyarakat tidak menduga-duga dan menghubungkan situasi dengan hal-hal mitos.
Terkait tergenangnya tepi pantai padahal sudah dilakukan pemugaran demi memperindah, adalah sesuatu hal yang wajar karena dilakukan pembangunan bibit pantai disaat air danau lagi surut.
“Jadi ini sudah menjadi kesalahan sejak awal, masyarakat dan pemerintah sebelum membangun bibir pantai harus melakukan kajian dan survei dimana batas air saat pasang. Sehingga tidak terjadi setiap bangunan di bulan tertentu berantakan tergenang air,” ucap Aldi. (nimrot/hm24)
