12.8 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Sepayung Satu Tujuan

Rintik hujan menderas selepas aku sholat Jumat di Masjid Salman ITB, kupercepat langkah menuju Jalan Taman Sari, tempat kostku dengan view lembah Balubur yang tertutup rapat bubungan rumah.

Payung yang sengaja kubawa kini terkembang sudah. Semingguan ini hujan mulai menyapa lagi mulai dari siang ke malam. Sepanjang jalan Gelap Nyawang, di bawah rindng pohon, kakiku kadang berjingkat menghindari genangan mengurangi tempias ke celana. Bawah kena air, atas apalagi, dan semakin deras kini tercurah dari langit.

Di pertigaan jalan Badak Singa, tetiba seorang gadis berambut panjang berseragam putih abu-abu tanpa aba-aba, tanpa malu, berlari mendekat merapat ke payung yang kugenggam, “Punten, numpang sekelak ya ‘A..”, aku masih bingung, tertegun terpapar senyum. Masih tercium aroma sampo dari rambut saat merapat ke tubuhku ketika melewati pohon besar. Terus terang naluri lelakipun bergetar.

“Mau kamana Ceu*?” kuberanikan diri untuk menyapa,

Ka Sekolah ‘A.. , di Kebon Bibit,” jawabnya lembut.

Tiga menit berlalu dan kami pun tiba di simpang antara Balubur – Kebun Bibit. Sejenak dia pamit setelah mengucapkan terima kasih, berjalan cepat ke kanan dan tak menoleh ke belakang. Aku, entah mengapa masih menatapnya dalam diam hingga ia menjauh. Sedikit tarikan senyum di atas bibir kiriku. Tak lama, aku telah kembali ruteku, berjalan sendiri menurut jalan licin nan sejuk menurun ke lereng yang berbeda.

Kini, kenangan singkat dari tiga dasawarsa lalu itu masih sering terlintas kalau aku tiba di kota Paris van Java, apalagi ketika hujan.

Dan masih mengutuki diri sendiri mengapa tak bertanya nama dan alamat rumah gadis itu dulu.

O Dinda di mana engkau kini.

TBL

*  Ceu = Kakak (bahasa Priangan)

Related Articles

Rusmadi Mencari Cinta

Penjara

Latest Articles