29.2 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Perjuangan Penjual Lontong Sayur di Simalungun, Optimis Sekolahkan Anak Hingga Perguruan Tinggi

Simalungun, MISTAR.ID

Suasana pasar rakyat di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, terlihat ramai dipenuhi pedagang di segenap sisi. Tercium berbagai aroma yang menyerbak sampai ke hidung dan pemandangan berbagai jenis sayuran segar selama menyusuri pasar.

Diantara kerumunan yang semakin penuh sesak hari itu, terdapat seorang wanita paruh baya yang berjuang demi pundi-pundi rupiah. Wanita paru baya tersebut bernama Rumina atau biasa dipanggil dengan Wak Mina.

Setiap Senin dan Kamis, Wak Mina berjualan lontong sayur, pecel ulek, mie sop, gorengan dan es teh di salah satu kios di pasar rakyat Tanah Jawa. Wak Mina hanya dua kali dalam seminggu berjualan di pasar Tanah Jawa tersebut.

Wak Mina  menuturkan, sejak pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, pembeli sudah mulai berdatangan, sehingga ia harus bersiap cepat membawa dagangan dari rumah ke pasar.

Baca juga: Pedagang Buku Titi Gantung Medan, Sepi Pengunjung dan Berharap Tak Lagi Digusur

Harga makanan yang dijual Wak Mina pun amat terjangkau. Lontong sayur per porsi dijual seharga Rp 8.000 pecel ulek, Rp 10.000/porsi mie sop Rp 7000/porsi dan es teh dijual seharga Rp 4000/gelas. Sementara gorengan dijual dengan harga Rp 1000/pcs.

Alasan wanita yang murah senyum ini mulai berjualan lontong sayur di pasar ternyata karena ia ingin membantu perekonomian keluarganya sekaligus membantu suami.

“Sejak 2016 saya berjualan sudah cukup lama juga. Lumayan lah hasilnya untuk membantu suami mencukupi kebutuhan sehari-hari, untuk biaya anak sekolah juga,” ujar Wak Mina kepada mistar.id Jumat (21/7/23).

Dulunya, ibu 3 anak ini hanya berkecimpung sebagai ibu rumah tangga biasa. Untuk memenuhi kehidupan rumah tangganya, hanya mengandalkan gaji suami sebagai kerja serabutan.

Baca juga: Dirut PUD Pasar Medan Apresiasi Tindakan Terukur pada Pelaku Begal Pedagang Sayur

Karena memiliki keahlian memasak, tekadnya ingin berjualan lontong disetujui suaminya. Dengan modal kurang lebih Rp 1 juta dari simpan pinjam, ia pun memberanikan diri membuka warung di pasar.

“Terkadang kurang lebih dapat Rp 100.000 kalau lagi sepi. Terkadang dapat Rp 400.000 per jualan. Ditabung dan disisihkan untuk bayar pinjaman, seminggu Rp 50.000, ” ujarnya lagi.

Ia mengaku terkadang masih merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga hanya dengan mengandalkan hasil dari ia berjualan seminggu dua kali. Sehingga pada hari ia tidak berjualan, Wak Mina memutuskan untuk membantu mencuci baju dan menyetrika baju para tetangga.

“Ya, memang biaya sekolah anak-anak sudah gak bayar. Sudah dapat bantuan. Tapi kan masih ada biaya lain seperti buku, seragam, dan lain-lainnya,” jelas Wak Mina.

Baca juga: Pedagang ‘Along-along’ Marak, Pekan di Tanah Jawa Sepi Pembeli

Ketiga anak Wak Mina saat ini sudah menginjak sudah menginjak perguruan tinggi putra pertama (21) putri pertama (18) duduk di kelas 12 sementara putri ketiga (15) baru menginjak kelas 9 SMP.

Wanita tangguh ini bertekad menyekolahkan ketiga anaknya hingga menempuh perguruan tinggi. Hal ini karena merupakan cita-cita ia bersama suaminya. Ia mengatakan akan selalu berusaha dan bekerja keras agar ketiga anaknya dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dari kedua orang tua mereka. (Abdi/hm20)

Related Articles

Latest Articles