10 C
New York
Friday, May 10, 2024

Jelang Bulan Ramadhan, ‘Halto’ Mulai Dikirim ke Pulau Jawa

Simalungun, MISTAR.ID

Sebagian masyarakat menjadikan kolang-kaling sebagai salah satu ciri khas hidangan puasa. Tak sedikit umat Islam yang merasa kurang lengkap jika berbuka puasa tanpa isi dari buah pohon aren ini.

Kolang-kalig biasa dimasak menjadi kolak dicampur pisang dan ubi, serta sering dijadikan salah satu komposisi es campur.

Bahkan, sebagian masyarakat menjadikan bahan kolang-kaling sebagai salah satu ciri khas hidangan buka puasa.

Menjelang bulan ramadhan, aktifitas pengolahan buah aren ini pun meningkat di Kabupaten Simalungun. Pedagang di daerah juga mulai menerima banyak orderan dari ibukota.

Baca juga: 6 Pelajar Korban Angdes Terbalik di Simalungun Dilarikan ke RS

Seperti halnya dialami Azehar Bangun, pengolah buah kolang-kaling warga Nagori Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun.

Ayah dua anak ini bilang, usaha pengolahan buah yang jamak dikenal dengan nama ‘Halto’ di daerah Simalungun mulai dirintis orang tuanya sejak tahun 1996 silam.

“Minggu lalu mengirim 1,8 ton ke Jakarta, sudah mulai lah ini (pengiriman), karena sebentar lagi bulan puasa,” ujar pria yang dikenal Pak Hasbi ini, Minggu (25/2/24).

Dia mengatakan, saat ini harga kolang-kaling berkisar Rp 6.500 sampai Rp 7.500 per kilogram. Dalam waktu satu hari, usaha pengolahan buah halto menjadi kolang-kaling miliknya bisa menghasilkan sampai 400 kilogram buah segar.

“Harganya toke ke petani antara Rp6.500 sampe Rp7.500 (per kilogram). Kalau beli buah (Halto) sistemnya per janjang. Satunya itu Rp180.000 dari kebun warga sampai bisa diangkut kendaraan,” tuturnya.

Dia bilang, saat ini ia membeli buah Halto dari Dusun Mappu, Nagori Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Usaha orang tua yang diteruskan olehnya itu dibantu dua warga sekitar sebagai tukang masak, juga beberapa ibu rumah tangga yang berlakon pengupas buah.

“Dua orang tukang masak, kalau sudah matang, satu orang mengantar (buah) ke rumah warga untuk dikupas ibu-ibu sekitar,” imbuhnya.

Ramadhan tahun ini, Pak Hasbi berharap penjualan kolang-kaling bisa kembali ke situasi normal sebelum pandemi Covid-19 beberapa tahun terakhir. Menurutnya, penjualan kolang-kaling sebelum pandemi mencapai ratusan ton dalam satu bulan.

Baca juga: 3 Lokasi Perjudian di Simalungun Diperiksa Polisi, Nihil Tangkapan

“Ramadhan tahun ini mudah-mudahan penjualan bisa seperti sebelum pandemi lalu,” katanya.

Biasanya, lanjut dia, pengiriman buah ke luar daerah akan dilakukan hingga satu minggu sebelum lebaran, hal itu disesuaikan dengan masa pengiriman menggunakan jasa expedisi ke tempat tujuan.

“Kalau ke Pulau Jawa kan waktu pengirimannya memakan waktu 5 sampai 6 hari, ada di Jakarta, Bandung, sama Surabaya. Tapi kalau di sekitar Sumut masih terus mengirim sampai H-1 lebaran. Seperti ke Medan, Binjai,” sambungnya.

Menurutnya, kolang-kaling yang diolah dengan cara yang baik dapat bertahan hingga satu bulan. Azehar bilang, puncak harga bisa mencapai Rp9.500 per kilogram.

“Puncaknya di 10 hari sebelum lebaran. Kalau buah diolah bagus bisa bertahan sebulan,” katanya. (Indra/hm22)

Related Articles

Latest Articles