12.6 C
New York
Friday, May 3, 2024

Dibangun Era Kolonial Belanda, Jembatan Ekstrem di Tanah Jawa Ini Pernah ‘Makan’ Korban

Simalungun, MISTAR.ID

Jembatan Tongguran yang terletak Nagori (Desa) Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun merupakan salah satu jembatan yang terbilang ekstrem.

Pasalnya, pada kedua sisi jembatan yang dibangun era kolonial Belanda ini tanpa pengaman alias plong. Meski sekilas tampak ‘ngeri’, namun bagi warga setempat, keberadaan jembatan ini sangat memberikan manfaat.

Jembatan ini hanya memiliki lebar sekitar 1 meter lebih, dengan panjang berkisar 200 meter. Lebih menakutkan lagi, jembatan ini dibangun di atas ketinggian berkisar 60 meter dari atas permukaan air sungai.

Baca juga: Hati-hati! Ada Lubang Menganga di Jembatan Jalan Sudirman Siantar

Jika dilihat dari atas jembatan, di bawahnya terlihat aliran sungai yang cukup deras. Ditambah lagi banyaknya batu-batu alam ukuran besar terlihat di sepanjang aliran sungai membuat suasana di bawah jembatan kian membuat jantung berdebar saat melintasinya.

Apalagi, tak ada satu pun pembatasan atau seutas tali terpasang di sepanjang jembatan yang bisa jadi pegangan. Salah satu kiat agar tetap konsentrasi, jangan melihat ke bawah saat melintasinya.

Saat melewati jembatan ini, butuh konsentrasi penuh. Jika tidak, bisa fatal akibatnya bagi pengendara sepeda motor. Sedangkan mobil, memang tidak bisa melintasi jembatan yang terbuat dari campuran beton padat ini.

Pangulu Nagori Bosar Galugur, Pahotan Manurung mengatakan, jembatan ini merupakan jalan alternatif yang menghubungkan 2 Nagori (Desa), yakni Hubuan dan Bosar Galugur.

Baca juga: KPK Bakal Periksa Perubahan Kerugian Negara pada Proyek Jembatan VIII di Kecamatan Siantar Sitalasari

“Jika menggunakan jalan lewat jembatan ini, hanya butuh waktu 10-15 menit saja. Sementara jika melewati jalan besar, butuh waktu kurang lebih 2 jam perjalanan,” ujarnya kepada mistar.id, Sabtu (20/5/23).

Jembatan ini, imbuhnya, dibangun secara swadaya oleh masyarakat di era kolonial Belanda. Sejak awal dibangun, jembatan ini memang tidak memiliki pembatas atau pengaman.

Pahotan mengakui, di lokasi itu pernah menelan 1 orang korban, terjatuh saat hendak melintas. Namun ia tak ingat kapan persis kejadiannya karena sudah cukup lama.

Terpisah, Haris Ritonga, yang merupakan warga Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa mengaku sudah melewati jembatan ini sekitar 10 tahun lebih.

Baca juga: Truk Terperosok di Jembatan Rusak, Warga Protes Bupati Dairi

“Sudah lama bang aku lewati jembatan ini. Soalnya ini jalan kalau mau berangkat dan pulang kerja,” cerita Haris kepada mistar.id.

Haris mengatakan dirinya melewati jembatan itu sebagai jalan alternatif. Sebab, waktu tempuh lewat jembatan itu lebih singkat ketimbang mengambil jalan umum.

“Sebagai jalan potong alternatif, karena tidak memakan waktu lama. Kalau lewat dari situ, bisa sampai 15 menit dari Balimbingan ke Bosar Galugur. Tapi kalau dari jalan besar, bisa sampai setengah jam untuk sampai ke tempat kerja,” tambahnya.

Haris dan beberapa warga lainnya, mengaku cukup khawatir tentang keselamatan mereka bila melewati jembatan itu. Mereka juga berharap, jembatan itu bisa diperbaiki oleh Pemkab Simalungun, sehingga lebih aman dan nyaman dilintasi. (abdi/hm16)

 

 

Related Articles

Latest Articles