Pematang Siantar, MISTAR.ID
Buku adalah jendela ke dunia luar. Sejak kita duduk di bangku sekolah dasar, istilah ini sering terdengar. Namun, saat ini, pertumbuhan buku semakin terancam oleh munculnya buku elektronik, atau e-book.
Namun, keadaan tersebut tidak membuat semua penjual buku berhenti. karena peminat buku dan pangsa pasar masih ada. Karena itu, banyak orang lebih suka membaca buku konvensional daripada buku elektronik.
Akibatnya, banyak penjual buku atau toko buku saat ini masih menjual buku dari berbagai penerbit.
Toko Buku Lumenium di Jalan Sudirman, Siantar Selatan, memilih untuk bertahan di tengah penurunan penjualan buku di tengah persaingan toko buku online.
Kepala admin Toko Buku Lumenium, Rani mengatakan pihaknya tetap memilih untuk mempertahankan toko buku karena menurutnya setiap berbisnis pasti memiliki risiko.
“Kalau kita dalam berbisnis apa pun sudah mengetahui dan siap menanggung resiko. Jadi kalau naik turun itu sudah menjadi hal biasa, tetapi apapun itu kita harus melakukan upaya untuk tetap bisa bertahan,” tuturnya kepada Mistar.id Senin (17/7/23) di toko buku yang juga menjual aneka pernak-pernik kelengkapan sekolah lainnya.
Lanjutnya, sejauh ini memang ada mengalami penurunan karena kurang minatnya masyarakat dalam membaca buku secara offline, karena lebih cenderung membaca buku online atau lewat aplikasi yang tersedia di playstore.
Untuk mempertahankan toko buku ini, kata Rani, pihaknya melakukan banyak perubahan mulai dari segi marketing, atau memasarkan produk secara modern.
“Di sini pun kita tidak hanya menjual buku saja kita menjual berbagai perlengkapan sekolah maupun perlengkapan kantor juga,”ujarnya.
Kalau dari segi peminat di Kota Pematang Siantar masih memiliki peminat, terutama kalangan masyarakat umum.
“Masyarakat umum yang suka membaca sejenis buku-buku bacaan umum seperti buku keagamaan atau buku ibadah dan buku cerita seperti novel,” ungkapnya.
Sambungnya, kalo dari segi buku pelajaran memang mengalami penurunan, sementara peminat buku cerita, buku keagamaan, buku ibadah masih tetap banyak. (Abdi/hm19).