11.8 C
New York
Wednesday, May 1, 2024

Ini Alasan Sopir Angkot Siantar Ogah Ngetem di Terminal Tanjung Pinggir

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Pengakuan sejumlah sopir angkutan kota (angkot) dari berbagai jurusan di Kota Pematang Siantar mengatakan, pihaknya enggan masuk ke Terminal Tanjung Pinggir yang dibangun megah dengan menghabiskan anggaran Rp30 miliar.

Alhasil, terminal yang dilaunching Presiden Jokowi pada tanggal 9 Februari 2023 lalu tersebut sejatinya berfungsi untuk menaik-turunkan penumpang saat ini masih tampak sepi.

Menurut Adi Saragih, sopir angkot Sinar Siantar, jurusan Bali-Pusat Kota ini mengaku enggan berhenti menunggu penumpang atau ngetem di terminal Tanjung Pinggir.

Baca Juga:Usai Disidak Ombudsman RI, Pemko Siantar dan Pengelola Tanjung Pinggir Gelar Rakor

Menurutnya, ngetem di terminal tersebut untuk mendapatkan penumpang lebih sedikit dibandingkan berhenti di areal Pasar Horas ataupun terminal yang lama.

“Malas berhenti menunggu penumpang atau ngetem di Terminal Tanjung Pinggir, tak ada penumpang. Habis-habisin bensin ajalah. Berapa lagi pendapatan yang dihasilkan, mau makan apa anak istri di rumah,” ujarnya dengan nada kesal saat wawancara dengan MISTAR.ID, Jumat (28/4/23).

Hal senada juga diungkapkan salah satu mandor angkot Bandar Jaya jurusan Tanjung Pinggir dan Enggang, Anto.

Dikatakannya, aktivitas di terminal Tanjung Pinggir nyaris tidak ada jika sudah di sore hari mulai pukul 15.00 WIB. Sehingga para sopir angkotnya khawatir hal itu dapat mengurangi jumlah pendapatan mereka.

“Kalau sudah pukul 15.00 WIB, terminal Tanjung Pinggir itu sudah sepi. Lantas siapa yang mau di angkut penumpang di sana? Belum lagi kalau sewanya cuma dapat satu orang, ngantarnya arah Rindam sana, apa enggak sudah rugi namanya. Kalau tadi taxi, bisalah. Ini baru naik ongkos Rp1.000 aja sudah marah-marah,” kata Anto.

Sejumlah sopir angkot yang tidak mau masuk ke terminal, jelas dia, karena penumpang lebih senang menunggu di pusat kota. Para sopir itu beralasan tidak akan mendapat penumpang bila memarkir kendaraannya di dalam terminal Tanjung Pinggir.

“Memang kami ada jurusan ke Tanjung Pinggir, tapi bila berhenti di terminal baru itu, para sopir mengaku para penumpang tidak ada yang mau masuk ke terminal,” ungkap dia.

Sebaliknya, sambung Anto, saat berhenti di bahu atau badan Jalan Sutomo di area Pasar Horas, jumlah penumpang jauh lebih banyak, karena para penumpang dengan mudah bisa mendapatkan angkutan sesuai pilihan, tanpa harus ke terminal dahulu.

Baca Juga:Polisi Buru Pelaku Penikaman Sopir di Kedai Tuak Tanjung Pinggir

Sopir angkot lain, Bogeng, salah satu sopir angkot jurusan pedesaan dari Kabupaten Simalungun-Parluasan ini mengatakan, pihaknya sah-sah saja pindah ke Terminal Tanjung Pinggir tersebut, asalkan pasar tradisional Dwikora ikutan dipindahkan ke daerah dekat terminal tersebut.

“Sewa (penumpang, red) kami itu kebanyakan dari pedagang-pedagang yang ada di pasar tradisional Dwikora paling banyak. Kalau kami pindah ke sana (Tanjung Pinggir-red), apakah mau pedagang-pedagang itu diturunkan di sana? Kan biaya penggeluran mereka jadi bertambah, balik lagi naik angkot lain ke pasar,” kata Bogeng.

Bogeng berharap, pemerintah juga bisa menilai untung rugi dari segala sisi. Bahkan ia mengimbau pemerintah agar lebih baik memperbaiki terminal yang ada sebelumnya.

“Terminal lama itu saja diperbaiki lagi. Cocok kali pun lokasinya. Dari segala arah jurusan untuk angkot juga pas. Apalagi pasar tradisional juga dekat, pedagang-pedagang pun senang. Karena biaya transportasi mereka jadinya tidak besar,” pungkasnya dengan tersenyum. (yetty/hm12)

Related Articles

Latest Articles