11.6 C
New York
Monday, May 6, 2024

Terimbas Sanksi, Pabrik Mobil Merek Rusia Kini Terpaksa Setop Produksi

Moskow, MISTAR.ID

Pabrik mobil merek Rusia, Lada dilaporkan mulai terimbas invasi Rusia ke Ukraina. Pemerintah Barat memberlakukan sanksi, salah satunya larangan impor ke Rusia, hal ini turut menghambat rantai pasokan komponen yang mengganggu produksi Lada.

Lada merupakan merek mobil asal Rusia yang ditangani oleh Avtovaz, brand yang sudah eksis sejak 1970 dan saat ini mayoritas dimiliki oleh aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi (51 persen).

Tahun lalu, model Lada mencakup 21 persen dari semua mobil baru yang dijual di Rusia. Mobil pertama dengan merek Lada muncul pada tahun 1973 selama era Soviet, dan merek tersebut merupakan simbol negara sehingga Presiden Rusia Vladimir Putin kerap berpose untuk foto di belakang kemudi kendaraan Lada.

Sekarang, sanksi ekonomi dijatuhkan oleh AS dan Eropa sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Imbasnya telah menghentikan produksi merek mobil ikonik tersebut hingga waktu yang belum ditentukan, demikian seperti dikutip Caranddriver, Minggu (13/3/22).

Baca juga:Prahara Chelsea Setelah Disanksi Akibat Invasi Rusia

The Wall Street Journal melaporkan bahwa pabrik mobil Lada “berhenti” minggu ini karena sanksi membuat minimnya komponen dan pasokan yang diperlukan untuk membuat mobil baru. Lebih dari 20 persen suku cadang yang dibutuhkan Avtovaz adalah impor. Stok yang sebagian besar telah berkurang dalam dua minggu terakhir.

“Jika perdagangan berhenti, Avtovaz berhenti,” kata seorang mantan anggota dewan Avtovaz yang tidak disebutkan namanya kepada Wall Street Journal.

“Putin tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendiri,” tambahnya.

Avtovaz dengan dukungan Renault diagendakan memulai kembali perakitan mobil minggu depan.

Baca juga:Terkait Invasi ke Ukraina, Singapura Beri Sanksi Ekonomi Terhadap Rusia

“Perusahaan melakukan segala upaya untuk kembali ke jadwal produksi normal di pabriknya di Togliatti dan Izhevsk sesegera mungkin,” ujar Sergey Ilinskiy, juru bicara Grup Renault yang berbasis di Rusia.

“Krisis yang sedang berlangsung dalam pasokan komponen elektronik,” kata Ilinskiy. (detik/hm06)

Related Articles

Latest Articles