10.4 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Suporter PSMS Medan Nyalakan 1.000 Lilin untuk Korban Tragedi Kanjuruhan

Medan, MISTAR.ID

Ratusan suporter PSMS melakukan aksi 1.000 lilin dan tabur bunga untuk mengenang tragedi Kanjuruhan, Senin (3/10/22) malam. Memilih tempat di Taman Ahmad Yani Medan, pendukung Ayam Kinantan melantunkan doa untuk para korban.

Peserta aksi terdiri dari PSMS Fans Club (PFC), SMECK dan Kampak. Hadir pula sejumlah anggota Aremenia Medan, Paguyuban Arema, Viking Medan dan The Jakmania Medan.

“Aksi ini kita gelar untuk mendoakan Aremania yang meninggal dalam insiden Arema vs Persebaya Surabaya,” ujar Ketua Umum PSMS Fans Club (PFC) Hendra M Sihaloho.

Baca juga: Ribuan Suporter Sriwijaya FC Gelar Malam Berkabung Tragedi Kanjuruhan

Hendra menyoroti pengamanan di Stadion Kanjuruhan saat kericuhan berlangsung. Menurutnya, suporter bukanlah penjahat perang dan musuh bagi polisi. Tidak semestinya polisi memperlakukan suporter dengan anarkis.

“Suporter Indonesia bukan penjahat perang dan perusuh. Tolong camkan itu. Selama ini polisi menganggap kita (suporter) perusuh,” ujarnya.

Hendra mengatakan, tragedi Kanjuruhan merupakan catatan kelam dan akan menjadi sejarah buruk bagi sepak bola di tanah air. Dia menilai, tidak ada koordinasi antara PSSI dan pihak kepolisian bagaimana sistem pengamanan di stadion sesuai dengan peraturan FIFA.

“Belajarlah dari masa kelam ini. Jangan sampai terulang kembali seperti dialami Arema Malang. Cukup lah di Malang, pertama dan terakhir,” ucapnya.

Hendra kemudian memberikan saran kepada pihak kepolisian di Indonesia untuk membuka komunikasi dan silaturahmi dengan seluruh suporter sepak bola. Hal itu dirasa penting, agar mudah berkoordinasi untuk pengamanan saat pertandingan berlangsung.

Baca juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Indonesia Sepakat Kualifikasi Piala Asia U-17 2023 Tanpa Penonton

“Mohon maaf nih, selama ini polisi tidak pernah jalin silaturahmi sama teman-teman suporter. Aku mantan Presiden Mahasiswa, kalau sama aktivis mereka mau berkoordinasi,” katanya.

Hendra mengatakan, suporter sepak bola Indonesia punya basis massa masing-masing. Ketika terjadi kerusuhan, polisi tinggal berkoordinasi dengan ketua suporter untuk minimalisir jatuhnya korban jiwa.

“Kapolri harus menginstruksikan kepada Kapolres di masing-masing wilayah. Jadi kalau ada gejolak di lapangan, polisi tinggal menelpon kami, ketua-ketua suporter ini. Gak perlulah pakai pentungan dan gas air mata,” katanya. (ial/hm09)

Related Articles

Latest Articles