15.9 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Mitologi Batak, Kasta Tertinggi Dimakamkan di Peti Batu Satu

Toba, MISTAR.ID

Bagi Bangso Batak (masyarakat Batak) khususnya di Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), jenis peti mati untuk pemakaman bagi orang tua yang meninggal Saur Matua, terlebih telah Saur Matua Mauli Bulung sangat menentukan tingkatan (kasta) dari orang tersebut, baik itu keluarga yang meninggal, bisa dikatakan orang terpandang dan diyakini memiliki kesaktian supranatural sangat tinggi.

Untuk mengetahui mitologi pemakaman orang meninggal yang disakralkan di Bangso Batak Toba, mistar.id menanyai dari berbagai sumber para orangtua yang tinggal di Kabupaten Toba seperti apa hal tersebut dalam kehidupan budaya Batak.

Status sosial bagi orang atau keluarga orang Batak terlihat memiliki tingkatan tertinggi, jika peti mati terbuat dari bahan kayu satu yang keras (batang pohon besar) yang ditempah dengan ukiran (gorga). Dan lebih tinggi tingkatannya jika peti terbuat dari batu satu yang keras (keranda batu) diperuntukkan bagi orang tua yang telah meninggal Saur Matua dan Saur Matua Mauli Bulung.

Baca juga:Kisah Rumah Adat Batak yang Memiliki Makna Khusus di Toba

Meninggalnya orang tua terbagi dalam 3 jenis penyebutan dan arti tersendiri. Misalnya, seseorang meninggal Sari Matua diartikan, orang yang sudah sangat tua meninggal akan tetapi ada di antara anak-anaknya laki-laki atau perempuan masih belum menikah (berkeluarga). Di sini kematiannya masih meninggalkan tanggungan (beban), dimana posisi tangan jenazah dilipat di perutnya.

Sementara, meninggal Saur Matua dimana orang tua setelah meninggal sudah menikahkan seluruh anaknya baik laki-laki dan Perempuan, serta telah memiliki cucu dari anak laki-laki dan perempuan terlebih sudah marnini dan marnono. Ini artinya cucunya sudah berkeluarga dan memiliki anak.

Maka pemberangkatan (acara pemakaman ) dapat dilakukan secara ulaon na gok (adat penuh). Di sini kepergiannya lepas tanpa ada beban yang ditinggalkan, serta melepas kepergian orang tuanya para anak dan cucunya sudah mengembal (tidak dalam kesedihan). Dalam hal ini posisi tangan jenazah sudah diletakkan di samping tubuhnya.

Baca juga:Nikmati Kuliner Khas Batak dan Sensasi Jadi Petani Stroberi di Kecamatan Lumbanjulu

Yang paling dinanti-nanti dan diidam-idamkan orang Batak saat meninggal dan jarang sekali terjadi yakni Saur Matua Mauli Bulung. Seseorang sebelum meninggal tidak pernah ‘Tilahaon’ yang artinya, tak mengalami kematian anak dan cucunya disamping sudah marnini dan marnono, maka bisa dikatakan seseorang yang mendapat berkah lebih dan berlimpah dari Yang Maha Kuasa selama hidupnya.

Selanjutnya tingkat kesedihan mendalam yang dialami orang Batak saat salah satu kerabat keluarganya meninggal dibagi dalam beberapa kategori, mau tahu apa saja.

Mate di dibortian artinya meninggal dalam kandungan, mate poso poso artinya meninggal saat masih bayi (balita), mate dakdanak artinya meninggal ketika masih anak-anak, mate bulung artinya meninggal ketika masih remaja dan mate ponggol artinya meninggal di usia dewasa, namun belum menikah (berkeluarga).

Baca juga:Pemkab Toba Tingkatkan Kapasitas LAD dengan Filosofi ā€˜Batak Narajaā€™

Sedangkan untuk orang yang telah menikah disebut mate punu artinya seseorang meninggal tetapi belum memiliki keturunan, mate makkar diartikan saat meninggal tidak satupun dari anaknya yang berkeluarga (berumah tangga) dan kemungkinan masih banyak lagi sebutan bagi orang Batak yang belum dihimpun dalam tulisan ini.

Untuk melihat mitologi peti mati yang terbuat dari bongkahan batu besar yang memiliki ukiran (gorga) di ujung peti, kita dapat melihat langsung ke Desa Parbagasan, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba yang merupakan makam dariĀ OppuĀ Tuan Nagaja Manurung telah berusia ratusan tahun.

Related Articles

Latest Articles