Masyarakat Bebas Beli Bibit Sawit Produksi PPKS Marihat
masyarakat bebas beli bibit sawit produksi ppks marihat
Simalungun, MISTAR.ID
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Kabupaten Simalungun, yang telah berdiri sejak 1964, merupakan pusat pembibitan kelapa sawit terbesar di Indonesia.
Menurut Penanggung Jawab Pemasaran Pembibitan, Iwan, produksi bibit sawit PPKS Marihat ini telah melewati serangkaian proses penelitian sehingga jenisnya unggul dan berkualitas. Hal itu dikatakannya kepada mistar saat ditemui, Jumat (7/7/23).
Sejauh ini produksinya dipasarkan di Simalungun, Asahan, Bagan Batu, dalam bentuk bibit yang sudah jadi dan siap tanam. Namun kalau masih dalam bentuk benih atau kecambah dapat dipasarkan ke seluruh Indonesia.
Untuk jenis bibit dalam bentuk kecambah, proses administrasi pemasarannya tetap di Medan, sedangkan PPKS Marihat hanya merupakan tempat produksinya. Namun untuk pembelian bibit yang sudah jadi dan siap tanam, pembeli bisa langsung datang ke PPKS Marihat.
Baca juga: Berdiri Sejak 1964, PPKS Marihat Jadi Pembibitan Sawit Terbesar di Indonesia
“Bibit unggul produksi PPKS Marihat ini bisa dibeli masyarakat umum atau siapa pun boleh membelinya. Asalkan ada stok ready, kita kasih. Kita tunjukkan bibitnya. Jika sudah sama-sama oke, baru kita proses di sini pembayarannya. Harus ada bukti pembayarannya. Kita hanya memproses pembayarannya saja. Selebihnya kewenangan bidang keuangan,” ungkapnya.
Petani sawit biasanya lebih banyak membeli bibit yang bisa langsung siap tanam. Namun begitu, banyak juga perusahan perkebunan yang membeli bibit dalam bentuk kecambah.
“Tergantung situasinya, kadang-kadang kemampuannya di kecambah. Kalau uangnya sedikit ya dapat sedikit bibitnya. Ada juga petani yang punya uang tetapi tidak mengerti, atau tak sempat membibitkannya. Sehingga membeli bibit yang langsung siap tanam,” ungkapnya.
Untuk persyaratan pembelian bibit, harus melampirkan KTP, surat keterangan lahan dan sertifikasi dari balai benih. Kalau untuk pembelian bibit dari masyarakat, paling banyak di wilayah Simalungun dan Asahan. Sebab, cukup banyak petani yang menanam sawit di kedua wilayah ini.
Baca juga: Buka Musrenbang Siantar Marihat, Wali Kota Minta Penanganan Stunting Jadi Fokus Utama
Untuk biaya pengangkutan bibit, kata Iwan, ditanggung sendiri oleh konsumen maupun petani yang membelinya.
“Petani yang membeli satu bibit pun dilayani. Apalagi yang membeli lebih dari satu, pasti kami layani. Kalau untuk petani, mau duitnya berapa saja. Mau dapatnya berapa tinggal petani yang atur dan tidak paksa-paksa,” ungkapnya. (Abdi/hm20)
PREVIOUS ARTICLE
Mahasiswa Sekarang Lebih Perfeksionis