Irigasi Rusak Tak Kunjung Diperbaiki, Gagal Panen-Konflik Sosial Ancaman Nyata Petani di Simalungun


Hamparan sawah yang terdampak di Nagori Silakkidir, Kecamatan Hutabayu Raja, Simalungun. (f: ist/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Ratusan hektare sawah di Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun, terancam kekeringan akibat kerusakan saluran irigasi Bah Tongguran III yang belum kunjung diperbaiki. Jika tak segera ditangani, sekitar 1.000 kepala keluarga petani di Nagori Silakkidir dan sekitarnya terancam gagal panen.
Camat Hutabayu Raja, Ferry Risdoni Sinaga, mengatakan pihaknya bersama warga telah melakukan gotong royong untuk mengatasi kebocoran saluran, namun upaya itu belum membuahkan hasil.
"Kami sudah turun langsung, tapi bocor terus. Harusnya ditangani dengan anggaran besar, sementara dana kami tidak cukup," ujarnya, Rabu (23/4/2025).
Menurut Ferry, kondisi saat ini masih tertolong oleh curah hujan. Namun, jika kerusakan terus dibiarkan hingga musim kemarau, maka akan berdampak pada sekitar 400 hektare sawah yang sedang ditanami padi berusia satu hingga dua bulan. "Kalau tidak segera diperbaiki, potensi gagal panen sangat besar," katanya.
Pangulu Nagori Silakkidir, Heplin Marpaung, menambahkan bahwa irigasi yang jebol berisiko menimbulkan konflik sosial antarwarga akibat rebutan air. "Sekarang masih tertolong hujan, tapi kami khawatir kalau air makin sedikit bisa terjadi kontak fisik di lapangan," ucapnya.
Heplin menjelaskan, wilayah Silakkidir mencakup sekitar 700 hektare sawah dan dihuni kurang lebih 1.000 kepala keluarga.
"Harus ada perbaikan sebelum bulan Juni. Agustus sudah musim tanam lagi. Kalau tidak diperbaiki, petani harus kosongkan lahan karena tidak mungkin tanam tanpa air," ujarnya.
Meski curah hujan masih membantu menjaga pasokan air, Heplin menyebut hasil panen optimal sudah tidak bisa diharapkan. "Hasil maksimal pasti tidak bisa kita dapat. Sudah ada sekitar 20 hektare yang panen, hasilnya melenceng, tidak maksimal," katanya.
Diketahui, kerusakan saluran irigasi Bah Tongguran III sudah terjadi sejak Februari 2025. Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Simalungun, Manaor Silalahi, sebelumnya menyatakan bahwa pihaknya telah meninjau lokasi dan merencanakan perbaikan pasca-libur Lebaran.
"Kami akan koordinasi dengan PU untuk menggali sedimen di hilir," ujar Manaor kepada Mistar beberapa waktu lalu. Namun, hingga kini belum terlihat langkah konkret di lapangan.
Sementara itu, Bupati Simalungun, Anton Achmad Saragih, sebelumnya telah menyatakan komitmennya untuk memperbaiki irigasi dan infrastruktur lainnya yang dikeluhkan masyarakat. "Insyallah akan kita proses," katanya.
Warga berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk melakukan perbaikan permanen. Ketidakpastian ini bukan hanya mengancam ketahanan pangan lokal, tetapi juga berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi besar bagi petani yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian. (indra/hm24)