Medan, MISTAR.ID
Pengamat politik, Emrus Sihombing menyoroti pidato Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Bahlil Lahadalia yang berbicara soal Raja Jawa pada Musyawarah Nasional (Munas) partai berlambang pohon beringin itu beberapa waktu lalu.
Dalam pidatonya, Bahlil mengingatkan agar jangan main-main dengan Raja Jawa, karena nanti bisa celaka. Ngeri-ngeri sedap menurutnya.
Bahlil juga menjelaskan, bahwa sosok Raja Jawa ini sudah banyak yang tahu itu siapa, jadi ia tak perlu lagi mengungkapkannya.
Baca juga:Bahlil Lahadalia Umumkan Pengurus DPP Golkar 2024-2029
“Perlu dikaji makna holistik dari isi pidato itu, karena berpotensi menimbulkan multi tafsir. Makna dan persepsi yang bisa jadi produktif atau sebaliknya terhadap partai terkait diksi Raja Jawa,” ujar Emrus, pada Sabtu (24/8/24).
Menurutnya, dari pidato Bahlil tersebut, akan muncul berbagai spekulasi publik tentang siapa Raja Jawa. Karena Bahlil tidak menjelaskan secara rinci siapa yang ia maksud.
“Publik bisa saja menangkap makna dan persepsi liar siapa si Raja Jawa yang dimaksud, dengan kalimat yang mendahulu dan mengikutinya,” sebutnya.
Emrus menyatakan, bahwa ia tahu persis, di dalam Golkar, ada kader yang mampu untuk melakukan kajian ini.
Baca juga:Munas Setujui Bahlil Lahadalia Jadi Ketum Golkar 2024-2029
“Saya tahu persis ada sejumlah komunikolog kader partai ini yang mumpuni melakukan pengkajian untuk mengungkap makna holistik dari diksi Raja Jawa dan kalimat yang mendahulu dan mengikutinya,” ungkapnya.
Karena Emrus yakin, temuan kajian ini bisa sebagai ‘dasar’ bagi partai untuk melakukan tindak komunikasi politik ke depan dan seterusnya.
“Saya berharap, agar Partai Golkar lebih maju, modern, demokratis dan independen. Paling tidak, sejak 20 Oktober 2024 dan seterusnya jangan sampai partai ini di bawah bayang-bayang kekuasaan ‘Raja Jawa’, siapapun yang menjadi Raja Jawa-nya ke depan,” tutupnya. (maulana/hm16)
