14.4 C
New York
Sunday, April 28, 2024

10 Poin Masyarakat Antropologi Indonesia Sikapi Kondisi Pilpres

Jakarta, MISTAR.ID

Aksi masyarakat yang mempersoalkan keadaan negara sepanjang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 terus berdatangan.

Masyarakat Antropologi Indonesia turut serta menyerukan keprihatinan atas kondisi Indonesia saat ini.

Direktur Utama Forum Kajian Antropologi Indonesia, Mulyawan Karim menuturkan, para antropolog berhimpun dalam untuk menyuarakan situasi politik dan negara yang kini tengah memprihatinkan.

Baca juga:Civitas Akademika Kritisi Jokowi Jelang Pilpres 2024

“Kami sengaja berhimpun di Rumah Bung Hatta, karena menganggap menjadi sosok pemimpin dan negarawan pemberi tauladan bagaimana caranya berpolitik dengan santun, bermartabat, rendah hati dan tak melihat kekuasaan dan jabatan sebagai sesuatu yang dapat digunakan secara semena-mena,” paparnya, pada Jumat (9/2/24).

Mewakili Masyarakat Antropologi Indonesia, Mulyawan berpendapat, pembelajaran dan keteladanan berhubungan dengan nilai-nilai yang disampaikan oleh tokoh bangsa termasuk Bung Hatta sudah hilang.

“Sayang, seluruh yang telah diberikan oleh Bung Karno dan tokoh pendiri bangsa ini, saat ini sepertinya sudah sirna,” paparnya.

Baca juga:Wapres Ma’ruf Amin Nyatakan Netral di Pilpres 2024

Ada 10 poin seruan keprihatinan diutarakan Masyarakat Antropologi Indonesia.

1. Prihatin dengan lunturnya etika, moral, nilai kejujuran dan integritas berbangsa dan bernegara yang seyogyanya dijunjung tinggi. 2. Prihatin melihat munculnya praktik yang menormalkan politik kekerabatan dengan memanipulasi peraturan perundangan yang merusak nilai-nilai dasar demokrasi. 3. Prihatin akan banyaknya elite politik yang mereduksi demokrasi, hanya sebatas strategi politik yang dilakukan dengan menghalalkan segala cara. 4. Prihatin atas perilaku politik transaksional uang dalam meraih kekuasaan. 5. Prihatin akan terjadinya manipulasi aturan-aturan hukum sebatas untuk memperoleh kekuasaan.

6. Prihatin dan gusar atas terjadinya berbagai tindakan yang melegitimasi penyalahgunaan sumberdaya negara, termasuk bantuan sosial untuk mendulang suara dalam pemilihan umum. 7. Prihatin dan gusar atas terjadinya pelemahan secara sistematis lembaga-lembaga negara demo berbagai kepentingan politik kelompok tertentu. 8. Prihatin dengan adanya usaha-usaha melegitimasi politik uang, yang dipraktikkan secara vulgar tanpa malu-malu. 9. Prihatin atas adanya kenyataan bahwa korupsi malah dijadikan alat dan strategi untuk meraih kekuasaan. 10. Prihatin menyaksikan hilangnya budaya malu yang dipertontonkan oleh sebagian elite politik dan meluasnya budaya arogansi dalam praktek penyelenggaraan kekuasaan dan demokrasi. (tmp/hm16)

Related Articles

Latest Articles