10.9 C
New York
Sunday, May 12, 2024

SMRC: Perbedaan Pendidikan Berpengaruh dalam Pilpres 2024

Medan, MISTAR.ID

Pendiri lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Prof Syaiful Mujani menyebutkan, perbedaan pendidikan pemilih berpengaruh signifikan dalam pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg).

Menurutnya, pengaruh tingkat pendidikan terhadap perilaku memilih, biasanya dibingkai dalam konteks kelas sosial.

“Kelas sosial berpengaruh terhadap pilihan politik. Ketika membahas kelas sosial dan perilaku memilih, indikator yang dipakai antara lain adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan,” ujar Saiful dalam keterangannya yang diterima Mistar, Kamis (27/10/22).

Baca Juga:Ini Fakta Kemungkinan Puan Maharani dan Prabowo Berpasangan di Pilpres 2024

Dalam survei SMRC dua tahun terakhir (2021-2022) dengan total sample 8.319, secara umum perbedaan pendidikan berpengaruh signifikan dalam perilaku memilih.

“Jika tingkat pendidikan dibagi antara SLTP, SD, dan tidak bersekolah dengan SLTA ke atas, proporsinya hampir seimbang. Yang berpendidikan SLTP ke bawah sekitar 53,2 persen, sementara yang SLTA ke atas sekitar 46,8 persen,” katanya.

Menurutnya, studi ini menunjukkan bahwa yang memilih Anies Baswedan cenderung berasal dari kalangan menengah ke atas. Ada 20 persen dari yang berpendidikan SLTP ke bawah yang memilih Anies, sementara yang SLTA ke atas 27 persen.

Saiful mengatakan, Anies relatif baru dalam politik Indonesia. Karena itu, yang potensial mengenalnya pertama kali adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi, dibanding masyarakat pedesaan yang kurang akses pada berita dan mereka pada umumnya memiliki pendidikan yang lebih rendah.

Sama dengan Anies, Ganjar Pranowo dalam politik nasional juga relatif pendatang baru. Anies dan Ganjar adalah tokoh lokal, yang berlatar belakang seorang gubernur. Menurut Saiful, menjelang pemilihan umum, mereka masuk menjadi tokoh nasional, setidaknya dalam pemberitaan.

Baca Juga:Maju Sebagai Capres, Prabowo Ikut Bertarung di Pilpres 2024

“Itu yang menjelaskan mengapa proporsi pemilih Ganjar lebih besar pada yang berpendidikan tinggi dibanding yang rendah. Dari yang berpendidikan SLTA ke atas, Ganjar dipilih sekitar 31 persen, sementara yang berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 26 persen,” katanya.

Dikatakan Saiful, hal ini berkebalikan dengan profil pendukung Prabowo Subianto. Ada 36 persen yang berpendidikan SLTP ke bawah yang memilih Prabowo, sementara yang berpendidikan SLTA ke atas sebesar 28 persen.

“Proporsi pemilih yang berpendidikan lebih rendah lebih besar dari yang berpendidikan lebih tinggi pada pemilih Prabowo,” ungkapnya.

Saiful menyatakan, proporsi pemilih yang berpendidikan menengah ke bawah lebih tinggi yang memilih Prabowo, karena Prabowo sudah sangat lama dikenal dalam kontestasi pemilihan presiden, sudah dua kali menjadi calon presiden.

“Karena itu masyarakat di bawah sudah mengenal Prabowo. Sementara Ganjar Pranowo belum cukup dikenal pada masyarakat bawah,” jelasnya.

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta tersebut menyatakan, secara keseluruhan ini menunjukkan perbedaan kelompok pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam pilihan calon-calon presiden. “Unsur perbedaan pendidikan tidak bisa diabaikan,” pungkasnya. (ial/hm12)

Related Articles

Latest Articles