22.1 C
New York
Monday, April 29, 2024

Mengerikan! Ini Fakta Terbaru Covid-19 yang Nyebar ke Seluruh Tubuh Hingga Otak

Jakarta,MISTAR.ID

SarS-CoV-2 alias Covid-19 didefinisikan sebagai infeksi pernapasan. Namun ternyata, dari hasil peneliti terbaru mengungkapkan sebaran virus corona menjangkau seluruh tubuh hingga otak.
Puluhan otopsi yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bukti keberadaan virus tersebut di seluruh tubuh, termasuk di paru-paru, jantung, limpa, ginjal, hati, usus besar, dada, otot, saraf, saluran reproduksi, mata dan otak.

Peneliti bahkan mengungkapkan sisa-sisa virus corona ditemukan di otak pasien yang meninggal 230 hari setelah mereka mulai menunjukkan gejala.

Baca juga:Kasus Harian Covid 19 di Indonesia Bertambah 2.764

“Data kami menunjukkan bahwa pada beberapa pasien SARS-CoV-2 dapat menyebabkan infeksi sistemik dan bertahan di dalam tubuh selama berbulan-bulan,” kata penulis studi yang dipimpin oleh para peneliti di Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH).

Di masa lalu, otopsi pada mereka yang tertular Covid-19 telah menunjukkan tanda-tanda awal penyebaran multi-organ, dengan sisa-sisa genetik virus muncul di banyak sekali jaringan, organ, dan cairan.

Pada Juli 2020, otopsi lebih lanjut menunjukkan bukti pembekuan darah di hampir setiap organ vital dari mereka yang terjangkit Covid-19.

Penelitian baru dari NIH sekarang mereplikasi dan mengkonfirmasi hasil ini dengan lebih detail daripada sebelumnya.

Para peneliti mengklaim temuan terbaru mereka adalah analisis paling komprehensif hingga saat ini tentang kegigihan SARS-CoV-2 dalam tubuh manusia.

Studi tersebut melibatkan 44 otopsi, di mana para peneliti mendeteksi dan menghitung tingkat messenger RNA dari SARS-CoV-2 di 85 lokasi dan cairan. Informasi genetik ini menunjukkan di mana virus mungkin telah bereplikasi selama hidup seseorang.

Dari otopsi yang dilakukan pada April 2020 hingga Maret 2021, para peneliti menemukan individu yang lebih tua dan tidak divaksinasi yang meninggal karena Covid-19 menunjukkan banyak tanda replikasi SarS-CoV-2 di 79 lokasi dan cairan tubuh.

Terlebih lagi, beberapa perubahan terlihat dalam waktu dua minggu setelah gejala pertama mulai muncul, menurut laporan ScienceAlert.

Baca juga:Mengerikan! China Terancam Hadapi 1 Juta Kematian Gegara Covid-19 Meroket

Sementara paru-paru pasien menunjukkan peradangan dan cedera paling banyak. Sedangkan otak dan organ lain tidak menunjukkan perubahan jaringan yang signifikan.

Tim peneliti tidak yakin mengapa bisa terjadi demikian. Bisa jadi sistem kekebalan manusia di organ lain tidak sebaik memberikan perlindungan dibandingkan dengan paru-paru.

Pada tahap pemulihan Covid-19 selanjutnya, para peneliti menemukan bukti paru-paru tidak terlalu terinfeksi dibandingkan pada awalnya. Sementara lokasi lain tidak menunjukkan peningkatan yang hampir sama.

“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa meskipun beban tertinggi SarS-CoV-2 ada di jaringan pernapasan, virus dapat menyebar ke seluruh tubuh,” para peneliti menyimpulkan.

Bagaimana virus menyebar begitu jauh dan luas adalah misteri lain yang perlu dipecahkan. Namun, hasil otopsi di penelitian ini tidak menunjukkan adanya sisa-sisa virus yang terdeteksi dalam plasma darah, yang menunjukkan patogen menyebar melalui cara lain.

Baca juga:Pentagon Batalkan Mandat Vaksin Covid-19 untuk Militer

Hasil studi NIH ini tidak bereksperimen dengan pasien Covid-19 lama secara khusus. Tetapi hasilnya diklaim masih relevan dengan rencana perawatan.

Antivirus seperti Paxlovid misalnya, dapat membantu sistem kekebalan tubuh manusia membersihkan sel virus dari jaringan, organ, dan cairan yang mungkin sulit dijangkau.

“Kami berharap dapat mereplikasi data tentang persistensi virus dan mempelajari hubungannya dengan pasien long Covid-19,” kata Stephen Hewitt dari National Cancer Institute yang terlibat dalam penelitian yang diunggah di Jurnal Nature itu. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles