DI Yogyakarta, MISTAR.ID
Dampak kekeringan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meluas. Pemerintah berupaya mengatasi masalah itu dengan mengirimkan air bersih ke desa-desa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Gunungkidul Sumadi mengatakan, pada bulan lalu, kekeringan hnya dialami satu desa, tapi kini telah meluas ke sejumlah desa yang tersebar di Kecamatan Ngawen, Rongkop, Gedangsari dan Saptosari.
“Dropping air kami kirimkan ke empat kecamatan. Pengiriman air bersih itu sesuai dengan permintaan warga,” kata Sumadi, Kamis (10/8/23).
Baca juga:Â Dampak Kekeringan, Enam Warga Papua Kelaparan dan Meninggal Karena Terpaksa Makan Umbi Busuk
Menurutnya, air bersih dikirim setelah ada permohonan dari BPBD. “Presedurnya adalah dari pemerintah desa, kecematan baru ke BPBD,” terangnya.
Sumadi melanjutkan, dari seribu tangki air bersih yang disiapkan sejauh ini telah terdistribusi sebanyak 62 tangki. Masing-masing tangki memiliki kapasitas 5 ribu liter. Air itu dimasukkan ke bak penampungan umum dan juga milik warga.
Puncak musim kemarau, menurut Sumadi, terjadi selama Agustus hingga September 2023 jika mengacu informasi BMKG. Oleh karenanya, BPBD memprediksi dampak kekeringan bisa lebih luas, mengingat tak semua daerah terjangkau jaringan air bersih, PDAM maupun SPAM Desa.
“Daerah yang terjangkau jaringan perpipaan air bersih pun bisa kekurangan, karena debitnya saat kemarau pasti berkurang,” jelas Sumadi.
Baca juga:Â Papua Tengah Dilanda Kekeringan dan Cuaca Ekstrem, Mensos Kirimkan Bantuan
Kabupaten Gunungkidul sendiri telah menetapkan status siaga darurat kekeringan sejak 1 Juli 2023. Status siaga darurat bencana hidrometeorologi kekeringan tersebut diteken Bupati Gunungkidul, Sunaryanta. Penetapan status itu merupakan dasar penanganan dampak kemarau, termasuk soal pendanaannya.
“Perkiraan musim kemarau ini sampai November. Harapannya seribu tangki air bersih dan sejumlah persiapan yang kami lakukan bisa mencukupi dalam penanganan kekurangan air,” katanya. (mtr/hm17)
