13.6 C
New York
Monday, May 6, 2024

Gempa Karangasem Bali Magnitudo 5,1 Dipicu oleh Sesar Naik Flores 

Jakarta, MISTAR.ID

Gempa dengan Magnitudo 5,1 terjadi Kabupaten Karangasem, Bali, pada Selasa (13/12) sore pukul 17:38 WIB. Sumber gempanya ada di laut pada jarak 1 Km arah timur Kubu, Karangasem, Bali, dengan kedalaman 30 Km. Untungnya, gempa ini tak berpotensi tsunami.

Sesar Naik Flores atau Flores Back Arc Thrust disebut sebagai pemicu gempa bumi di Karangasem, Bali, Selasa (13/12). Seberapa besar potensi bahaya dari patahan ini?

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), per Selasa (13/12) pukul 18.30 WIB, 21 gempa susulan (aftershock) terjadi dengan Magnitudo terbesar 4,6. di Karangasem, Bali.

Baca juga:Gempa Bumi Magnitudo 5.1 Guncang Maluku Tengah

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengungkapkan gempa ini, berdasarkan jenis dan mekanismenya serta memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, merupakan “jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores atau Flores Back Arc Thrust.”

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault,” kata dia, dalam keterangan tertulis, kemarin.

Apa itu Sesar Naik Flores?

Amien Widodo, Dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), mengungkapkan Flores Back Arc Thrust merupakan sesar naik busur belakang yang memanjang di dalam laut dari utara Pulau Flores hingga Laut Utara Lombok.

“Pusat gempa yang terjadi di daratan Lombok itu adalah proyeksi vertikal dari sebuah titik di kedalaman bumi atau hiposenter,” ujar dia, dikutip dari situs ITS.

Amien memprediksi posisi patahan naik Flores itu tidak hanya berada di satu tempat, tapi juga di beberapa tempat yang berbeda dalam waktu yang berbeda pula.

“Oleh karena itu, gempa susulannya terjadi berulang-ulang,” ucap Amien, yang juga menjabat Kepala Laboratorium Geofisika Teknik dan Lingkungan, Departemen Teknik Geofisika ITS, itu.

Baca juga:Gempa 2,8 Magnitudo Kembali Guncang Tarutung dan Sipoholon

Terpisah, Geolog dari Departemen Teknik Geofisika ITS Awang Harun Satyna, dalam paparannya di situs ITS, mengungkapkan Sesar Naik Flores ini merupakan kerak transisi – samudra Sundaland-Banda yang menekan Busur Sunda-Banda.

Sesar ini lebih aktif untuk menghasilkan gempa-gempa di sebelah utara Bali sampai Flores dibandingkan gempa megathrust di sisi selatan.

Kenapa begitu? Ia berujar tekanan sesar naik Flores terhadap Bali dan Nusa Tenggara sangat kuat, sehingga memicu banyak gempat kuat.

Sementara, lanjut Awang, “Tekanan subduksi lempeng Indo-Australia yang menukik lebih lemah, sehingga gempa kuat di zona megathrust sangat jarang bahkan tidak ada.”

Buktinya ada pada pantauan Seismitas Kota Denpasar 2008-2019. Bahwa, aktivitas gempa dangkal atau shallow crustal earthquake lebih aktif di wilayah Bali utara. Semakin ke selatan, aktivitas gempa semakin jarang untuk gempa sejenis. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles