23.8 C
New York
Monday, July 15, 2024

Terbuka Sebagai Sekolah Inklusi, SMA St Ignasius Terima Siswa Berkebutuhan Khusus

Medan, MISTAR.ID

SMA St Ignasius di Jalan Karya Wisata Medan Johor, telah menerima berbagai jenis peserta didik, termasuk yang berkebutuhan khusus.

Kepala Sekolah, Drs Marugan Simbolon, mengatakan penerimaan peserta didik baru dengan berkebutuhan khusus sudah dilakukan sejak lama SMA St Ignatius.

“Setahu saya, kebetulan saya di sini mulai dari tahun 2023 di SMA. Dan mulai tahun 2012 saya sudah berada di lingkungan ini di SMP. Saya tahu bahwa sejak dibuka, sekolah ini sudah menerima (murid berkebutuhan khusus) sebagai sekolah inklusi, jadi terbuka,” katanya saat ditemui Mistar.id, Senin (15/7/24).

Baca juga: Kepala SLB B Karya Murni Medan: 2 Tahun Belakangan Siswa Antusias Melanjut ke Jenjang SMA

Hal ini, lanjut Marugan, berkaitan dengan visi sekolah untuk menjadi komunitas Imago Dei, yakni unggul dalam pendidikan entrepreneurship, menguasai IPTEK, bermartabat, berkarakter, dan menjadi berkat bagi bangsa sesuai moral Katolik dengan berlandaskan 5 core values yang disebut sebagai spirit Kongregasi Suster Santo Yosef (KSSY).

“Nah, komunitas Imago Dei itu salah satu perwujudannya bahwa tidak membeda-bedakan peserta didik walaupun berkebutuhan khusus. Bukan seperti sekolah tertentu ya, anak-anak yang normal yang diterima,” tuturnya.

Meskipun fasilitas masih perlu ditingkatkan, Marugan menjelaskan, pihaknya telah melakukan pendekatan penerapan pelayanan kepada anak-anak inklusi.

Baca juga: SLB B Karya Murni, Sekolah Tunarungu Tetap Menerima Siswa dengan Kebutuhan Ganda

“Hanya fasilitas yang belum memadai di sini. Hanya sebatas pendekatan pelayanan kepada anak itu. Misalnya dalam pembelajaran ada perhatian khusus yang diberikan oleh guru,” katanya.

“Contohnya, kalau ujian kita kan menggunakan learning management system (LMS). Jadi, sudah online menggunakan handphone android. Nah, itu butuh pendampingan khusus dari guru satu orang selama ujian. Kalau sarana prasarana seperti yang lain kita belum. Itu yang masih bisa kita lakukan di sini,” sebutnya.

Guru pengajar di sekolah ini disebutkan belum mendapatkan pelatihan atau pendidikan khusus dalam mengajari anak berkebutuhan khusus.

“Iya, sampai saat ini belum. Tapi semua guru berusaha. Semua kita sampaikan dan mereka siap untuk menerima itu, tidak ada penolakan,” ungkapnya.

Di gerbang sekolah, saat siswa tunanetra di antar para orang tuanya, guru telah bersiap untuk memandu dan mengantarkan ke kelas dan memastikan semua siswa merasa diterima dan didukung.

Baca juga:LMS Ciptakan Revolusi Pendidikan di SLB Negeri Pembina

Bahkan kalau di gerbang pun misalnya yang tunanetra begitu di antara orang tuanya itu sudah siap kita terima untuk mengantar ke kelas. Kalau mereka sudah datang, langsung dijemput dan dipandu ke kelasnya.

Jika para siswa belum datang, guru wajib sudah harus menunggu untuk mengantar siswa berkebutuhan khusus ke kelas begitu mereka tiba.

Lebih lanjut dijelaskan Marugan, SMA St Ignasius mengatakan menerima semua anak-anak dengan ragam jenis kebutuhan khusus.

Namun, untuk tahun ajaran baru 2024/2025, diperkirakan hanya tiga atau empat siswa saja yang mendaftar. Dua di antaranya adalah siswa tunarungu, dan lainnya tunanetra. (susan/hm17)

Related Articles

Latest Articles