Dulu permainan rakyat ini, katanya, merupakan kegiatan yang lazim dilakukan anak-anak pedesaan.
Namun semakin berkembangnya teknologi, permainan ini sudah jarang dilakukan. Anak-anak lebih sering bermain gadget di rumah daripada bermain di luar.
Dengan kondisi seperti inilah tarian tradisional ini, sambungnya, penting dipersembahkan sebagai media informasi kepada penonton tentang kondisi anak-anak di era digitalisasi.
Baca juga :Â Lestarikan Permainan Tradisional, 20 Sekolah Ikut PKD
“Para remaja kita pun asik bermain gadget, bermain games sarapan menu setiap hari. Chatingan menjadi kewajiban, centi-centi posting bak artis selebriti. Mereka asik sendiri lupa waktu, mereka bersama tapi tak bertegur sapa,” lantun Erni dalam prolog tarian tradisional tersebut.
Tarian ini didukung dengan alat-alat yang dibuat dari pohon kelapa, seperti batok, enggrang batok, rangku alu, enggrang kayu dan masing-masing memiliki filosofinya tersendiri.
Salah satunya permainan congklak yang menggambarkan 5 lubang sebagai rukun Islam, sholat dan mengartikan Pancasila.