Medan, MISTAR.ID
Provinsi Sumatera Utara (Provsu) memiliki berbagai macam budaya, salah satunya yang dikenal dan menjadi agenda nasional yaitu Festival buah dan bunga di Berastagi.
Awalnya, festival ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih petani di Tanah Karo kepada Tuhan dan leluhur yang telah memberikan tanah agraris dan lahan yang subur untuk dijadikan lahan pertanian dan telah mendarah daging di budaya masyarakat Karo.
Pakar sejarah dari Universitas Sumatera Utara (USU), Junita Setiana Ginting mengatakan, festival ini telah berlangsung sekitar 40 tahun, atau sejak tahun 1980.
Baca Juga:Festival Buah dan Bunga Karo 2023, Edy Berharap Jalan Alternatif Bisa Digunakan di 2024
Ia juga menjelaskan awalnya festival ini dirayakan sangat sederhana, karena hanya merupakan ucapan syukur masyarakat. Ketika itu, hanya menghiasi rumah-rumah warga dengan bunga, buah dan sayur selama festival berlangsung.
“Sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Karo yang agraris terhadap hasil alam berupa tanaman buah, sayur mayur dan bunga yang tumbuh baik dan subur di daerah ini,” kata Junita kepada Mistar.id, Senin (10/7/23).
Seiring perkembangan zaman, tepatnya pada tahun 2000, Pemerintah Kabupaten Karo akhirnya terlibat di Festival Buah dan Bunga Berastagi ini. Tujuannya adalah kolaborasi pemerintah dan masyarakat, selain membuat nama Tanah Karo lebih dikenal dengan hasil alamnya, juga dapat meningkatkan daya tarik wisatawan.
Baca Juga:Festival Buah dan Bunga Tanah Karo Jadi Magnet Wisatawan
Junita mengingatkan pemerintah, untuk terus meningkatkan kualitas festival dengan memperbanyak agenda kegiatan, sehingga dapat menarik wisatawan datang ke Berastagi.
“Bukan hanya menjadi agenda rutin yang menyedot anggaran, tapi efeknya dan memberi kontribusi yang berkelanjutan terhadap peningkatan pariwisata Karo sehingga menjadikan daya tarik bagi masyarakat luas,”tutupnya. (andreas/hm17)
