Medan, MISTAR.ID
Perceraian akan mengakibatkan anak-anak dari pasangan yang berpisah akan menjadi korban.
Psikolog Irna Minauli mengatakan, banyak hal negatif yang akan dirasakan anak ketika kedua orang tuanya bercerai.
Perceraian tak hanya melukai pasangan yang berpisah, tapi dampaknya terhadap anak jauh lebih buruk.
Baca juga:2023 Angka Perceraian Meningkat, Ini Saran LPA Simalungun
Saat terjadi perceraian, maka hubungan anak dengan orang tua juga akan terpengaruh. Anak cenderung kurang mendapatkan dukungan secara emosional, serta berkurangnya bantuan finansial.
Hal ini mengakibatkan banyak anak yang mengalami penurunan dalam stimulasi secara akademis. Â Berkurangnya kasih sayang juga menyebabkan anak merasa insecure dalam membina hubungan dengan orang lain dan pasangannya kelak.
“Tidak mengherankan ketika menikah, mereka juga berpeluang lebih besar untuk bercerai juga,” jelas Irna kepada mistar.id, Selasa (2/7/24).
Baca juga:Berdampak ke Anak, Ketua LPA Sumut Tanggapi Lonjakan Perceraian
Hal ini, kata Irna, karena secara tidak sadar mereka beranggapan bahwa perceraian merupakan cara untuk menyelesaikan konflik dalam perkawinannya. Mereka meniru hal ini dari apa yang dilakukan orang tuanya.
“Anak-anak korban perceraian sering mengembangkan rasa bersalah, seolah mereka lah penyebab perceraian kedua orang tuanya. Mereka juga sering mengembangkan harapan bahwa kedua orang tuanya dapat rujuk kembali. Sering kali berbagai upaya dilakukan, bahkan ketika salah satu atau kedua orang tuanya sudah menikah,” tutur Direktur Minauli Consulting itu.
Ketika anak dibesarkan oleh ibunya, lanjutnya, maka anak cenderung kurang memiliki figur ayah (fatherless).
Baca juga:Telusuri Akar Permasalahan Lonjakan Angka Perceraian di Medan
Penelitian terhadap para kriminal, umumnya menunjukkan bahwa mereka kurang atau tidak mendapatkan bimbingan dari ayahnya. Ayah sebagai figur otoritas dan penegak disiplin sering kali tidak dapat digantikan oleh ibunya.
