11.5 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Prevalensi Stunting Kota Medan Sudah Jauh di Bawah Sumut

Medan, MISTAR.ID

Berdasarkan Sistem Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi balita stunting di Sumatera Utara saat ini mencapai 21.1%. Tapanuli Tengah menjadi prevalensi stunting terbanyak di Sumut dengan jumlah 39.4%. Hal ini mengacu pada populasi persentase jumlah balita yang mengalami stunting dalam pertumbuhan fisiknya.

Prevalensi stunting merupakan indikator penilaian masalah gizi yang terjadi pada kelompok balita di suatu wilayah atau negara. Semakin tinggi nilainya, semakin serius dan mendesak perluasan upaya untuk mengatasinya.

Technical Assistant Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting Kota Medan dari BKKBN Provinsi Sumatera Utara, Claudia Cristy Dosmaria Saragih menjelaskan, saat ini Kota Medan sudah berada di bawah prevalensi stunting Sumut, dengan presentase 15.4%.

Baca Juga: Sore Ini IMM Se-Kota Medan Unjuk Rasa ke DPRD Sumut Minta Konjen AS Diusir

Kecamatan Belawan menjadi wilaya dengan jumlah balita stunting terbanyak menurut Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM), dengan jumlah 60 balita.

“Untuk Kota Medan sendiri kecamatan dengan jumlah anak stunting terbanyak menurut E-PPGBM berada pada Kecamatan Belawan dengan jumlah anak stunting sebanyak 60 balita,” ucapnya pada Mistar.id, Senin (6/11/23) melalui voice note WhatsApp.

Penyebab Utama Stunting

Claudia menjelaskan, asupan gizi yang kurang sangat berdampak negatif dalam mempengaruhi kualitas hidup anak-anak, bahkan hingga masa dewasa.

Beberapa penyebab umum meliputi setidaknya dua faktor. Yang pertama adalah kurangnya asupan gizi yang kronis dan cukup lama. Faktor ini, kata Claudia, menjadi penyebab langsung stunting.

Kemudian, rumah tangga rawan pangan, pola asuh yang tidak tepat dan akses pelayanan kesehatan dan lingkungan yang tidak kuat menjadi penyebab tidak langsung penyebab tubuh kerdil ini.

Claudia menjelaskan, upaya penurunan stunting masih terus dilakukan sebagai upaya pencapaian target yang ditetapkan WHO untuk setiap provinsi.

Baca Juga: Data Agustus Ini, Terdapat 26.399 Balita Stunting di Sumut  

Isu stunting menjadi perhatian serius dalam konteks kesehatan masyarakat, khususnya di Kota Medan. Stunting menyebabkan efek yang serius terhadap kesehatan dan perkembangan anak-anak.

Berdasarkan definisi Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah hambatan pertumbuhan akibat akumulasi kurangnya asupan gizi yang berlangsung dalam jangka waktu lama, mulai dari masa kehamilan hingga usia 24 bulan.

Claudia mengatakan, prevalensi stunting di Kota Medan saat ini sudah mengalami penurunan.

“Tahun 2020 balita stunting di kota Medan berjumlah 421, tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 368, tahun 2022 menjadi 364 stunting dan tahun 2023 pada bulan Februari menurut E-PPGBM jumlah balita stunting mengalami penurunan kembali menjadi 298 balita,” katanya. (Dinda/hm22)

Related Articles

Latest Articles