24.8 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Pengamat Sosial: Kehadiran Pak Ogah di Medan Kritik Terhadap Pemerintah

Medan MISTAR.ID

Keberadaan Pak Ogah di Kota Medan kian menjamur. Kehadiran pengatur lalulintas dengan mengharapkan imbalan pengendara ini kerap menjadi perbincangan publik, mulai dari kasus pemukulan yang dilakukan sejumlah personil Sahbara Polda Sumut, hingga kritik miring masyarakat.

Pengamat sosial asal USU Agus Suriadi mengatakan, kehadiran Pak Ogah merupakan kritik terhadap Pemerintah yang tidak mampu menyiapkan lapangan pekerjaan. “Kemunculan fenomena ini, sebenarnya kritik terhadap pemerintah yang tidak mampu menyiapkan lapangan pekerjaan,” ujarnya, Senin (6/11/23).

Kepala Program Studi Kesejahteraan Sosial USU ini menambahkan, pandangan tersebut bisa timbul jika dilihat lebih konteks. Hingga menimbulkan fenomena-fenomena seperti itu. Selain Pak Ogah, fenomena-fenomena lain juga kerap muncul karena minimnya lapangan pekerjaan di tengah masyarakat.

“Jadi lumrah sih, kalua kemudian di luar ada kegiatan yang lebih produktif yang dilakukan. Kalau bagi saya ini kegiatan produktif,” tambahnya.

Baca Juga : Cerita Pilu ‘Pak Ogah’ Demi Bertahan Hidup Hingga Pro-Kontra di Masyarakat

Agus Suriadi berpendapat, dari satu sisi kegiatan Pak Ogah ini bisa menghasilkan walaupun dalam tanda petik, dan kehadiran mereka cukup membantu, sehingga tidak menimbulkan kemacetan yang cukup panjang.

“Ada kemacetan lalu lintas, lalu mereka mengatur. Misalnya simpang-simpang, kemudian pemerintah ataupun kepolisian tidak bisa menugaskan personilnya di sana untuk mengatur. Jadi itu sah-sah saja,” ucapnya.

Kehadiran Pak Ogah di Kota Medan terbilang terabaikan oleh pihak Pemerintah setempat. Menurut Agus Suriadi, kehadiran Pak Ogah merupakan potensi baik untuk dibina. “Keberadaan mereka itu diabaikan, seharusnya potensi ini bisa dibina, difasilitasi, dan itu menjadi sebuah sumber daya manusia yang bagus,” sarannya.

Polemik hadirnya Pak Ogah di sejumlah lokasi merupakan proses pembiaran yang dilakukan oleh Pemerintah. Kemudian, di tengah kultur masyarakat Medan yang pragmatis menimbulkan konsekuensi konflik.

Baca Juga : ‘Pak Ogah’ Diduga Dianiaya Sejumlah Oknum Polisi di Jalan SM Raja Medan

“Kultur masyarakat Kota Medan tergesa-gesa, semua mau cepat. Konsekuensinya, terjadi konflik. Ada orang suka, ada juga yang tidak suka,” tambahnya.

Akibat dari konflik tersebut, muncul peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan seperti pemukulan dan lain sebagainya. Kata Agus Suriadi, polemik ini akan menjadi tugas bersama, terutama Pemerintah. (matius/hm24)

Related Articles

Latest Articles