9.3 C
New York
Sunday, May 12, 2024

Menilik Kisah Perjuangan Pahlawan Sumut Pada Koleksi Museum Djoeang 45

Medan, MISTAR.ID

Lahir ke muka bumi lebih dulu. Babak belur, kena siksa, ditawan, terpisah dari sanak saudara yang paling disayang. Berlinang air mata membayangkannya saja. Bahkan ada yang rela mempertaruhkan nyawanya demi memperjuangkan bangsa ini. Sejarah mencatat, hanya secuil kisah yang dimaksud, dari sederet kisah panjang perjuangan para Pahlawan Indonesia.

Kini, sejarah para Pahlawan itu dapat dipahami kemudian dikenang melalui peninggalan-peninggalannya yang dapat dilihat di museum negeri ini, salah satunya Museum Djoeang 45 yang berada di Jalan Pemuda, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).

Di sana, kisah tentang para Pahlawan Nasional asal Sumut terpampang jelas sesaat anda menaiki anak tangga menuju lantai dua bangunan bersejarah tersebut. Adalah Sisingamangaraja XII, Dr. Ferdinand Lumban Tobing atau yang akrab disapa F.L Tobing hingga Mr. Sutan Muhammad Amin.

Baca juga:Pemko Siantar Dinilai Tak Serius Usulkan Raja Sang Naualuh Damanik Menjadi Pahlawan Nasional

Tepat di Hari Pahlawan 10 November 2023, Mistar menelusuri museum yang diresmikan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi pada 18 Agustus 2023 lalu, sebagai bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia. Museum Djoeang 45 itu sendiri berada di dalam Gedung Juang ’45 Sumut.

Koleksi Museum Djoeang 45 yang ada di lantai 2 Gedung Juang '45 Sumut. (f/jonatan/mistar)
Koleksi Museum Djoeang 45 yang ada di lantai 2 Gedung Juang ’45 Sumut. (f/jonatan/mistar)

Gedung Juang ’45 dalam lintasan sejarah merupakan monumen Nasional Kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di Sumut. Gedung ini dibangun di atas sebuah situs bersejarah perjuangan dalam merebut, menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Tidak seperti bangunan yang terlihat sekarang ini, dulunya Gedung Juang ’45 ini hanya sebuah bangunan rumah panggung dan merupakan sumber gerak juang kemerdekaan di Sumut. Bangunan ini pula obor pemancar sinar kemerdekaan Bangsa Indonesia di Sumatera.

Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya tahun 1943 gedung ini menjadi markas pemuda pejuang bentukan Jepang bernama BOMPA (Badan Oentuk Membantu Perang Asia) dengan tujuan untuk merekrut ex-organisasi kepemudaan masa Hindia Belanda seperti Indonesia Muda, Surya Wirawan, Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI), Persatuan Sastrawan, dan lain-lain menjadi tentara Gyugun dan Heiho.

Related Articles

Latest Articles