Medan | MISTAR.ID – Wabahnya virus hog cholera atau kolera babi di Sumatera Utara terus berdampak. Pemprov Sumut mencatat, sedikitnya 9.421 ekor babi mati akibat virus ini di berbagai daerah di Sumut.
Ribuan babi tersebut mati hanya dalam jangka waktu tiga bulan, setelah awalnya dijumpai di Kabupaten Dairi pada September lalu. “Saat ini bantuan dari pusat, Kementerian Pertanian sudah datang. Mereka mengecek langsung ke lapangan,” kata Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Selasa (19/11/19).
Edy mengatakan, saat ini tim dari pusat dibantu tim gabungan yang dibentuk Pemprov Sumut yang bekerja untuk menentukan langkah selanjutnya untuk menentukan langkah selanjutnya dalam penanganan wabah ini. Tak tertutup kemungkinan, akan banyak babi yang akan dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus ini.
Tercatat, sebelas kabupaten/kota di Sumut terpapar wabah ini, yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Samosir.
Pemprov Sumut juga telah membentuk tim untuk menanggulangi masalah ini. Distribusi babi lintas daerah diperketat. Tiap kecamatan dibentuk posko untuk mengawasi lalu lintas peredaran babi. Jika terindikasi terserang virus, maka dilarang untuk dimasukkan ke suatu daerah.
Menurut Edy, selain masalah penyebaran virus, pihaknya juga masih fokus menangani bangkai babi yang dibuang sembarangan. Laporan yang diterimanya, masih banyak bangkai babi yang ditemukan dibuang di sungai, hutan bahkan di pinggir jalan.
Dengan situasi ini, Edy menyatakan pihaknya terpaksa akan bertindak tegas pakai jalur hukum. Ada tiga produk hukum yang bisa menjerat peternak yang membuang bangkai babi itu, termasuk UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
“Membuang bangkai sembarangan itu kan bikin nggak nyaman. Saya terpaksa akan tegas, pakai jalur hukum,” pungkasnya.
Reporter: Daniel Pekuali
Editor: Luhut SImanjuntak
