19.5 C
New York
Tuesday, May 7, 2024

Dua Subsektor NTP di Sumut Menurun, Tapi Daya Beli Masih Relatif Terjaga

Medan, MISTAR.ID

Berdasarkan pemantauan harga-harga perdesaan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada Mei 2023, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar 2,30 persen dibandingkan April 2023, yaitu dari 126,42 menjadi 123,51.

Penurunan NTP Mei 2023 disebabkan oleh turunnya NTP dua subsektor, yaitu NTP subsektor Hortikultura sebesar 0,07 persen dan NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 4,37 persen. Sementara itu, NTP tiga subsektor lainnya mengalami kenaikan, yaitu NTP subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,29 persen, NTP subsektor Peternakan sebesar 2,16 persen, dan NTP subsektor Perikanan sebesar 0,10 persen.

Kepala BPS Sumut, Nurul Hasanudin mengatakan pada Mei 2023 juga beberapa komoditas produksi pertanian memberikan andil terhadap NTP di daerah perdesaan Sumatera Utara. Pada subsektor Tanaman Pangan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPP adalah komoditas gabah dan jagung.

Pada subsektor Hortikultura, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan NTPH, diantaranya cabai merah, kol/kubis, dan kentang. Pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap penurunan NTPR, yaitu kelapa sawit, kopi, dan karet.

Pada subsektor peternakan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPT, yaitu komoditas ayam ras pedaging, sapi potong, dan kambing. Pada subsektor perikanan, komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTNP, diantaranya ikan nila tawar, ikan mas/karper tawar, dan ikan kembung (kombong/sumbo).

Baca juga : Nilai Tukar Petani di Sumut Naik 1,64 Persen

Daya Beli Masih Relatif Terjaga

Terpisah, Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan penurunan NTP di Sumut seakan menunjukan bahwa rata-rata petani Sumut daya belinya masih relatif terjaga. Namun, untuk beberapa sektor justru daya beli petani Sumut kian terbenam belakangan ini.

“Katakanlah petani hortikultura yang indeksnya jauh dibawah angka 100. Saat ini NTP hortikultura  berada di angka 83.60. Salah satu yang paling tergambar dari penurunan NTP Hortikultura adalah penurunan harga cabai yang sejauh ini masih dibawah harga keekonomiannya. Petani cabai setidaknya membutuhkan rata rata harga minimal 28 ribu agar NTP nya bisa dikerek mendekati 100,” kata Gunawan, Kamis (8/6/23).

Akan tetapi untuk NTP Peternakan, Gunawan sangat yakin sekali indeksnya akan mencapai 100 di bulan Juni ini. Hal ini seiring dengan membaiknya harga jual daging dan telur ayam, sekalipun dari sisi produksinya diproyeksikan lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Walau demikian untuk mencapai indeks 100 saya pikir dengan realisasi daging dan telur ayam saat ini, nilainya akan lebih dari 100 di bulan Juni.

Baca juga : BPS Sumut Libatkan 7.774 Forum Konsultasi Publik untuk Regsosek

“Selain dua NTP tersebut, ada NTP Perikanan yang sejauh ini angkanya masih diatas 100, atau tepatnya di 107,21. Mahalnya harga ikan segar belakangan ini menjadi gambaran membaiknya NTP perikanan. Hanya saja untuk ikan yang dihasilkan dari budidaya, angkanya masih dibawah 100 atau tepatnya 98.82. Sehingga kalau disimpulkan, daya beli petani di Sumut yang menyediakan kebutuhan pangan pokok untuk masyarakat masih terpuruk,” ucapnya.

Berbeda dengan sejumlah petani lainnya, petani untuk tanaman perkebunan rakyat daya belinya masih terjaga. Karena NTP nya masih diatas 100 atau tepatnya di angka 156.73. Namun yang perlu diwaspadai terjadi penurunan indeks yang cukup besar dalam sebulan terakhir, penurunannya mencapai 4.37% secara bulanan.

Penurunan NTP perkebunan ini sangat kuat hubungannya dengan penurunan harga komoditas unggulan Sumut, utamanya kelapa sawit. Penurunan harga sawit yang berlanjut, sangat berpeluang untuk memicu terjadinya penurunan pada NTP petani di masa yang akan datang.

“Saya menilai dari sekian banyak petani, petani perkebunan dan hortikultura yang memberikan kontribusi besar bagi sektor pertanian di wilayah Sumut. Akan tetapi gambaran daya beli petaninya terlihat jauh berbeda antara petani di masing masing sub sektornya,” tandas Gunawan. (anita/hm18)

Related Articles

Latest Articles