Irna memaparkan jika para caleg memasuki masa depresi, maka mereka akan merasa sangat bersedih, murung dan kemungkinan tidak mau berjumpa orang lain.
“Pola makan terganggu disertai gangguan tidur seperti insomnia atau bahkan disertai mimpi buruk. Jika fase depresi ini tidak ditangani dengan baik, para caleg gagal ini kemungkinan akan balik lagi ke fase-fase sebelumnya, seperti menyangkal lagi, marah-marah dan berusaha dengan berbagai cara agar memenangkan pencalonannya,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Direktur Minauli Consulting ini, tidak mustahil mereka kemudian akan mengalami masalah gangguan jiwa yang lebih berat seperti skizofrenia dan paranoid.
Baca juga :Â Caleg PSI Jadi Ketua PKN Siantar, KPU: DCT Tidak Berubah
“Mereka mulai mengalami halusinasi dan delusi (waham). Mereka mungkin merasa mendengar bisikan-bisikan atau melihat bayangan-bayangan tertentu. Dalam pikiran mereka mungkin mengembangkan pikiran yang salah seperti adanya kecurigaan bahwa ada orang lain yang ingin mencelakakan dirinya atau waham kebesaran bahwa dirinya adalah titisan nabi atau mendapatkan wahyu dari para pemimpin sebelumnya,” ucapnya.
Kondisi seperti ini tentunya sangat membahayakan para caleg gagal tersebut.
“Itu sebabnya, dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan sangat diperlukan sehingga dapat mengembalikan harga dirinya lagi. Selain itu, pendekatan spiritual juga akan sangat membantu,” harap Irna.
Sehingga, ketika mereka mulai menerima kekalahannya, biasanya mereka dapat pulih kembali kondisi kesehatan mentalnya dan berusaha untuk bangkit.
“Misalnya bekerja kembali untuk mengembalikan hutang-hutangnya,” tandasnya. (dinda/hm18)
