Medan, MISTAR.ID

Formulator Aquafeed Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), Helentina Mariance Manullang, menilai budidaya maggot masih relatif minim di Kota Medan.

Hal itu, menurut Helen, menyebabkan pelaku budidaya maggot memiliki kesulitan dalam memasarkan produknya.

“Istilahnya, ini belum bisa berkelanjutan. Susahnya disitu. Pembudidaya maggot susah memasarkan, kadang ada kadang tidak ada,” ujarnya, pada Sabtu (23/11/24).

Baca juga: Kerja Sama Ditjen Dikti, Universitas Dharmawangsa Bina IRT-UM

“Misalnya mereka semangat, tapi karena pemasukan tersendat, mereka nggak semangat lagi,” tambahnya.

Helen mengatakan, dengan harga pakan yang terbilang mahal, maggot bisa menjadi bahan alternatif lokal dengan harga terjangkau dan dapat bersaing dengan pasar.

“Makanya, kalau bisa semakin dikembangkan kalau bisa sampai ke komersial dan industri, kita dukung. Harganya terjangkau, bisa bersaing apalagi dengan pasar impor, kenapa tidak? Itu harus kita tingkatkan agar lebih baik lagi ke depannya,” cecarnya.

Baca juga: PT TPL Dukung Kemajuan Desa Sanggapati

Menurut Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa ini, untuk mencapai hal tersebut, keterampilan para pembudidaya harus terus diasah dan perlu bekerja sama dalam kelompok.

“Budidaya ini tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Harus berkelompok dan bersinergi dengan kelompok lain. Persatuan mereka harus ada wadahnya supaya bisa menembus pasar,” tukasnya.

Helen juga menekankan bahwa meskipun pasar lokal menjadi langkah awal, yang penting adalah dengan jumlah yang besar dan dapat memenuhi permintaan pasar.

Ia menyebut, maggot memiliki banyak potensi, tidak hanya untuk pakan ternak, tetapi juga dapat menjadi pupuk cair dan bahkan minyak maggot yang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan.

“Maggot ini punya banyak fungsi. Mungkin masih perlu diteliti lebih lanjut,” tutupnya. (susan/hm27)