32.3 C
New York
Thursday, June 27, 2024

Beda dengan Pulau Jawa, Potensi Hujan Es di Sumut Kecil

Medan, MISTAR.ID

Berbeda dengan Pulau Jawa yang mengalami musim peralihan (pancaroba), Sumatera Utara (Sumut) saat ini tengah memasuki puncak musim hujan. Oleh sebab itu, potensi hujan es di wilayah Sumut kemungkinannya sangat kecil terjadi.

“Biasanya hujan es itu terjadi karena musim pancaroba, sementara kita (Sumut) tengah puncak musim hujan. Jadi kondisinya tidak sama,” ucap Prakirawan BMKG Wilayah I Medan, Utami Al Khairiyah saat dikonfirmasi Mistar,id, Rabu (1/11/23).

Menghadapi potensi bencana di tengah musim hujan saat ini, Utami menyebut, bahwa pihaknya selalu berkordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumut memberi imbauan ke masyarakat.

“Imbauan selalu kita berikan setiap bulannya ke BPBD, baik itu potensi bencana, suhu udara, titik panas (hotspot) dan kelembapan udara,” sebutnya.

Baca Juga : Pasca Hujan Es, BPBD Dairi: Bantuan di Sektor Pertanian Masih Terkendala Anggaran

Dengan adanya imbauan itu, Utami pun meminta masyarakat untuk mematuhinya dan selalu mengikuti perkembangan cuaca dari BMKG maupun Pemerintah Daerah (Pemda).

“Untuk potensi bencana bisa kapan saja terjadi mengingat saat ini memasuki puncak musim hujan. Kami imbau masyarakat yang tinggal di wilayah lereng pegunungan untuk lebih waspada,” tutupnya.

Sebelumnya, BMKG mewanti-wanti seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan (Pancaroba) dari musim kemarau ke musim hujan.

“Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Baca Juga : 114 Rumah Rusak Akibat Hujan Es di Dairi

Dwikorita mengatakan, arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya. Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan dan hujan menjelang sore hari atau malam.

“Awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir dan angin. Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” tuturnya. (rahmad/hm24)

 

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles