Medan, MISTAR.ID
Lazimnya periode kepemimpinan Presiden Jokowi pasca-ditetapkannya Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), akan memasuki lame duck period atau periode ‘bebek’ lumpuh.
Istilah politik tersebut digunakan untuk menggambarkan berkurangnya pengaruh presiden yang sedang menjabat karena sudah ada penerusnya yang terpilih dalam Pemilu.
Faktanya, di sisa kepemimpinan Jokowi yang tinggal beberapa bulan lagi, beberapa langkah politis diambil. Ada rancangan revisi UU TNI, UU Polri, UU MK, dan UU Pemilu. Ada pengangkatan 3 wakil menteri (wamen) baru di kementerian strategis. Begitu juga dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Ibu Kota Nusantara (IKN) yang fenomenal.
Pengamat politik, Boy Anugerah berpendapat, kebijakan-kebijakan tersebut punya dampak yang sangat besar.
Baca juga:Â Masa Akhir Jabatan, Jokowi Angkat Grace Natalie Jadi Staf Khusus Presiden
“Kebijakan ini menunjukkan bahwa periode tersisa bagi Jokowi bukanlah bebek lumpuh, tapi bebek yang sangat lincah,” ujarnya kepada mistar.id, Jumat (26/7/24).
Alumnus Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia ini juga menjelaskan, bahwa istilah bebek lumpuh sebenarnya tidak bisa disebut konotatif atau jelek.
Ketika sudah ada penerus definitif yang terpilih melalui Pemilu, presiden yang menjabat sebisa mungkin jangan mengambil kebijakan yang potensial menimbulkan risiko bagi pemerintahan selanjutnya.
“Perpres IKN misalnya yang memberikan HGU 190 tahun kepada investor merupakan kebijakan yang berbahaya dan belum jelas untung ruginya. Pengangkatan 3 wamen, jelas untuk tujuan politis, alih-alih untuk percepatan program,” terangnya.
Baca juga:Â 14 Proyek Strategis Nasional di Akhir Masa Jabatan Jokowi
Menurut Boy, periode bebek lincah di sisa kepemimpinan Jokowi ini terjadi karena faktor kepentingan politik. Ada kompensasi terhadap mereka yang berjasa memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres.
“Ada motif mengamankan legasi, dalam hal ini IKN, juga ada motif dukungan untuk transisi kepemimpinan,” sebutnya.
Selanjutnya Boy menjelaskan bahwa fenomena bebek lincah ini akan menjadi studi politik yang menarik dalam khazanah politik Indonesia ke depan.
“Ini tidak kita temui di era transisi pemerintahan dari presiden-presiden Indonesia sebelumnya. Terlepas apakah ini baik atau buruk, waktu yang akan menjawab,” pungkasnya. (maulana/hm17)