12.8 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

Terekam, Tentara SAS Australia Tembak Mati Warga Afghanistan

Canberra, MISTAR.ID

Dugaan kejahatan perang yang dilakukan tentara Australia (SAS) saat melakukan tugas kemanusiaan di Afghanistan akhirnya terkuak. Sebuah rekaman menunjukkan seorang tentara Australia (SAS) menembak mati seorang pria Afghanistan tak bersenjata, yang meringkuk di tanah.

Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds mengatakan, dia merasa terkejut dan malu setelah video itu semakin menunjukkan dugaan kejahatan perang pasukan khusus Australia di Afghanistan.

Penyelidikan yang telah berlangsung selama 4 tahun menguak bukti bahwa pasukan Australia telah membunuh 39 warga sipil dan tahanan tak bersenjata selama perang Afghanistan yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Terbukti Pasukannya Membunuh, Panglima Militer Australia Minta Maaf

Ribuan tentara “Negeri Kanguru” kini terancam dicabut medalinya, setelah laporan setebal 465 halaman mengatakan, para komandan yang telah melihat kekejaman itu merasa tidak pantas memberikan medali.

Dilaporkan media pada Jumat (20/11/20), rekaman yang terungkap awal tahun ini menunjukkan seorang tentara SAS menembak mati pria Afghanistan tak bersenjata yang memegang tasbih. Tentara lain menyebutnya “eksekusi langsung”.

Rekaman dari kamera tentara pawang anjing di Desa Deh Jawz-e Hasanzai menampilkan oknum tentara yang mengarahkan senapannya hanya beberapa meter dari korban. Penyelidikan militer sebelumnya menyebut bahwa penembakan itu untuk membela diri, dan rekaman tersebut menimbulkan kemarahan luas setelah pertama kali ditayangkan media pada Maret.

Insiden itu adalah salah satu dari banyak laporan kejahatan perang pasukan khusus yang terungkap dalam beberapa tahun terakhir, tapi tidak diketahui apakah penembakan di ladang gandum tersebut salah satu yang diteliti oleh penyelidikan Mayor Jenderal Paul Brereton.

Baca juga: Australia Lockdown Akibat Kebohongan Pekerja Pizza

Mayjend Brereton menyelidiki perilaku tentara pasukan khusus antara tahun 2005-2016, periode di mana lebih dari 26.000 tentara Australia bertugas di Afghanistan, termasuk 3.000 orang di Satuan Tugas Operasi Khusus (SOTG).

Temuannya termasuk kasus dugaan anggota patroli menembak mati seorang tahana untuk mendapatkan korban pertamanya, Praktik itu dikenal dengan sebutan ‘blooding’. Tentara itu lalu merancang penembakan untuk mendukung klaim palsu bahwa korban mereka dibunuh dalam adu tembak.

“Apa yang diungkap laporan ini adalah hal yang memalukan dan merupakan pengkhianatan mendalam terhadap standar serta harapan profesional Angkatan Pertahanan Australia,” tulis hakim.

Analisis kasus per kasus akan dilakukan untuk mencabut penghargaan individu seperti keberanian, pengorbanan, dan penghormatan. Dengan 39 warga Afghanistan yang diduga nyawanya melayang di tangan tentara Australia, 19 orang kemungkinan akan dituntut pidana atas 23 insiden terpisah. (kompas/hm09)

Related Articles

Latest Articles