12.1 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Rekor Covid-19 AS Tembus 86 Ribu Sehari

Washington, MISTAR.ID

Aksi unjuk rasa besar-besaran yang mewarnai Pilpres AS ternyata berdampak bagi peningkatan kasus Covid-19. Amerika Serikat menembus rekor baru kasus Covid-19 dengan rata-rata kasus harian mencapai 86 ribu per hari.

Hal ini terjadi di tengah panasnya pertarungan pemilihan presiden antara Donald Trump-Mike Pence dan Joe Biden-Kamala Harris. Mengutip media selama dua pekan terakhir angka kasus harian di AS melonjak hingga 45 persen. Menurut John Hopkins University, rata-rata kasus harian dalam sepekan ini mencapai 86.352 kasus.

Bersamaan dengan itu, angka kasus meninggal juga naik 15 persen. Dalam sepekan terakhir rata-rata kasus meninggal per hari mencapai 864 orang. Menjadikan akumulasi kasus meninggal di angka 239.829 orang.

Baca juga: 161.284 Kematian Akibat Covid-19 di Amerika Serikat

Mengutip situs Worldometer, Kamis (5/11/20) akumulasi kasus positif di AS tercatat ada 9.801.355 kasus. Yang sudah dinyatakan sembuh ada 6.292.019 kasus. Sehingga yang masih aktif ada di angka 3.269.507 kasus.

Penambahan kasus yang kian meninggi setiap harinya membuat layanan kesehatan di penjuru negeri digandrungi pasien baru. Ini bakal jadi tantangan utama yang menyambut presiden dan wakil presiden terpilih.

Jumlah pasien rumah sakit di negara bagian Missouri, Nebraska dan Oklahoma dilaporkan menembus rekor. Pada Rabu (4/11/20), Texas yang mencatat 9.048 kasus baru dan 126 kasus meninggal. Sepertiga dari kasus di Texas berasal dari Kota El Paso. Seorang pejabat kesehatan di sana memprediksi kemampuan kapasitas rumah sakit sudah diambang batas.

Baca juga: Kasus Covid-19 Amerika Serikat Pecahkan Rekor

Ahli kesehatan masyarakat khawatir peningkatan kasus ini akan berdampak besar pada situasi AS dalam waktu dekat. Terlebih jika pemerintah tidak mengubah pendekatannya dalam penanggulangan pandemi, menurut Direktur Eksekutif Institute for Global Health di Fakultas Kedokteran, Northwestern University, Roberth Murphy.

“(Situasi) Dimana kita berada adalah di tempat yang sangat mengerikan untuk sebuah negara,” kata ahli kesehatan masyarakat dari George Washington University, Leana Wen. “Ini adalah virus yang akan terus meningkat dengan kecepatan (kian tinggi) dan tidak akan berhenti dengan sendirinya,” ujarnya.

Jajak pendapat menemukan bahwa krisis kesehatan dan ekonomi merupakan dua isu yang paling diminati masyarakat AS. Dan kedua pasangan pilpres memiliki pandangan yang jauh berbeda terkait isu tersebut.

Dalam kampanyenya, Biden kerap mengingatkan agar disiplin terhadap penerapan protokol kesehatan. Ia pun jarang terlihat tidak menggunakan masker di area publik. Sedangkan Trump yang terpantau kerap mengabaikan protokol kesehatan, justru menggelar acara kampanye dengan massa besar tanpa upaya jaga jarak dan memakai masker.

“Sudah jelas terlihat bahwa strategi Presiden Trump terkait Covid-19 adalah menganggap tidak ada virus menular di sekitar kita,” katanya. Menurut dia penerapan protokol kesehatan tidak bisa dilonggarkan sampai vaksin didistribusikan. Dan hal tersebut belum bisa dipastikan sampai setidaknya pertengahan 2021.

Baca juga: Eksekutif Palang Merah Amerika Donna Morrissey Meninggal Dunia karena Covid-19

Pejabat kesehatan federal memproyeksi izin penggunaan darurat pada vaksin kemungkinan terbit sebelum akhir tahun ini. Namun dosis yang bisa didistribusikan masih terbatas, sehingga dikerahkan untuk petugas medis terlebih dahulu.

Lembaga Administrasi Makanan dan Obat (FDA) pun baru menerbitkan izin penggunaan darurat pada satu obat Covid-19, yakni remdesivir antivirus. Obat itu hanya bisa digunakan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit.

Sedangkan dua pembuat obat antibodi eksperimental masih meminta persetujuan FDA untuk penggunaan darurat bagi pasien dengan gejala ringan dan sedang. Obat tersebut juga sempat digunakan oleh Trump ketika terkonfirmasi positif.

Namun dengan wacana Trump memecat Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci sebagai penasihat pemerintah, dikhawatirkan progres layanan kesehatan akan kian terhambat.

Presiden Asosiasi Medis Amerika, Susah Bailey mengatakan masyarakat AS harus lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, tak peduli siapa pasangan yang akan memenangkan pilpres.

“Banyak dari kita mulai lengah dalam menerapkan jaga jarak, tidak mencuci tangan sesering biasanya, mungkin tidak menggunakan masker dengan baik. Kita harus menyadari kasus semakin meningkat dan kita harus lebih berhati-hati,” katanya.

Cedric Dark, seorang dokter di Houston, menegaskan tanpa strategi penanganan pandemi dari pemerintah, masyarakat harus inisiatif melakukan perlindungan diri dan mencegah penyebaran virus. Hingga kini, AS masih menempati posisi negara dengan kasus terbanyak di dunia. Disusul India dengan 8,3 juta kasus, Brasil dengan 5,5 juta kasus dan Rusia dengan 1,6 juta kasus.

Sementara AS masih sibuk dengan perhelatan pemilu, sejumlah negara Eropa mulai menerapkan penguncian atau lockdown kembali untuk mengendalikan kasus yang melonjak. Pendekatan ini tak ingin dilakukan Trump, dengan alasan ingin fokus membangun kembali ekonomi. (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles